Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Sabtu, 08 Januari 2011

Berterima kasihlah kepada imam Ja’far shadiq as



Berterima kasih adalah sebuah keharusan menurut akal. Akal menghukumi jika kita diberi sesuatu oleh seseorang maka kita dianjurkan untuk berterima kasih. Nah, dalam pembahasan kali ini kami mencoba memberikan pemaparan tentang peranan imam Ja’far shodiq as dalam menegakkan ajaran Rasulullah saww. Lantas, apa yang telah dilakukan imam Ja’far as untuk kita hingga kita harus berterima kasih? Sebelum menjawab pertanyaan ini alangkah baiknya jika kita sedikit menelisik keadaan masyarakat pada masa itu, sehingga kita bisa lebih mengerti sikap yang diambil imam yang mulia ini, imam Ja’far bin Muhammad As-shodiq as.

Kondisi pemikiran(ideologi) masyarakat pada masa imam Ja’far shodiq as
Jika dilihat, keadaan masyarakat pada masa itu sudah sangat menyimpang dari ajaran Rasulullah saww. Sebut saja maraknya aliran-aliran yang mulai menciptakan ajaran-ajaran mereka sendiri seperti mu’tazilah, zandaqah, ekstrimisme dll yang membuat perbedaan dalam islam semakin mencolok. Hal ini terjadi lantaran perbuatan para pemimpin bani Umayyah maupun Abbasiyah yang berusaha memisahkan umat islam dari Ahlulbayt.
Ya, ditangan penguasa agama hanya dijadikan alat propaganda demi melanggengkan kekuasaan mereka. mereka menyewa ulama untuk menyebarkan politik-politik kotor mereka. Hal ini dapat dilihat dalam penyelewengan-penyelewengan berikut ini. Dari penyelewengan tafsir Al-qur’an hingga sejarah nabi saww.

~. penyelewengan terhadap tafsir Al-qur’an.
Mereka para penguasa bani Umayyah menggunakan kisah-kisah israiliyat (khayalan-khayalan) untuk menafsirkan ayat al-qur’an. Seperti yang diriwayatkan bahwa Mua’wiyah berkata kepada Ka’b, “kamu berpendapat bahwa Zulkarnain mengikat kudanya pada bintang-bintang?” Ka’b menjawab “jika kamu berkata demikian maka sesungguhnya Allah telah berfirman ‘dan kami telah memberikan kepadanya sebab (untuk mencapai) segala sesuatu”i. Maksudnya ialah Ka’b meyakini kalau Zulkarnain mengikat kudanya pada bintang-bintang. Sungguh akal akan menolak hal ini. Walaupun apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, akan tetapi ini tidak membuat Allah akan bertindak seenaknya, karena hal itu berarti Allah telah berbuat dzolim terhadap hambaNya. Dan mustahil Allah berbuat dzolim.

~. Penyelewengan terhadap hadits nabi saww
Diriwayatkan dalam Shahih Tirmidzi bahwa Nabi Muhammad saww berdo’a untuk Muawiyah bin abu sufyan “Ya Allah, jadikanlah ia sebagai orang yang memberi petunjuk dan tempat memberi petunjuk serta berilah petunjuk dengannya”ii
Lihatlah, dengan mudahnya perkataan suci Nabi saww dibuat-buat seenaknya saja! Pantaskah Nabi saww mendoakan seorang pembunuh washinya? Mendoakan pembunuh cucunya Al-hasan? Pantaskan Nabi saww mendoakan orang yang menancapkan Al-qur’an keujung tombak? Tidak! Hadits ini adalah ulah tangan jail bani Umayyah melalui para ulama berhati serigala mereka!

~. Penyelewengan terhadap sejarah kehidupan rasul saww
  1. Nabi menggendong Aisyah diatas pundak beliau untuk melihat permainan akrobatik orang-orang Sudan dan pipi beliau menempel dipipi Aisyah.
  2. Nabi saww mencintai istri anak angkatnya setelah beliau merangsang melihatnyaiii.
Astagfirullah, hanya demi kekuasaan duniawi bani Umayyah rela memutar-balikkan fakta! Pantaskah Nabi yang dipuji oleh Allah swt karena keluhuran akhlaknya melakukan perbuatan nista tersebut? Sekali lagi, tidak! Hanya setanlah yang merasuk ke tubuh Dinasti Umayyah yang berani mengatakan hal ini!
Dengan adanya penyelewengan-penyelewengan diatas, membuat umat islam yang telah kehilangan seorang rasul terbaik semakin terperosok kedalam jurang kebodohan dan kehancuran. Akibatnya muncullah ajaran-ajaran yang telah keluar dari ajaran Rasul saww seperti :

1. Al-jabr (pemaksaan)
Pandangan ini berpendapat bahwa segala perbuatan manusia adalah perbuatan Allah, manusia tak memiliki ikhtiar, sebut saja boneka yang dipermainkan sesuka hati oleh pemiliknya. Dalil mereka adalah q s Al-insan ayat 30 dan al-an’am ayat 125 dsb. Pelopor pemikiran ini adalah para penguasa bani Umayyah. Dengan begini, masyarakat akan yakin bahwa yang dilakukan bani Umayyah adalah kehendak Allah. Sehingga masyarakat tidak berhak menentang merekaiv. Akhirnya masyarakat hanya bisa menerima segala perbuatan jahat bani Umayyah yang mengatasnamakan ‘kehendak Tuhan’.
Betapa licik dinasti Umayyah, menggunakan agama untuk menetapkan kedzaliman. Dan politik ini berjalan lancar, sehingga banyak umat islam yang menganut ajaran ini pada masa Imam Ja’far shodiq as.

2. Zandaqah (ateis)
Pemikiran ini muncul pada masa imam Ja’far shodiq as. Akibat dari adanya pandapat Al-jabr, maka muncullah ajaran Zindiq (anti tuhan) sebagai penolakan pandangan Jabr yang mengatasnamakan ‘kehendak Tuhan’. Ajaran ini muncul juga dikarenakan oleh kezaliman dan kebiadaban bani Umayyah dalam segala lini kehidupan. Dan tentu saja hal ini sangat berperan dalam memisahkan masyarakat dari Ahlulbayt yang merupakan pusaka suci nabi saww.
Tersebutlah Ja’d bin dirham, seorang ekstrim kufur, pembuat bid’ah yang memdedikasikan hidupnya dalam zandaqah serta memdengungkan ateis (tidak meyakini adanya Tuhan)v. Dia menunjukkan kedangkalan akalnya secara demonstratif, seperti memasukkan tanah dan air dalam sebuah botol, kemudian beberapa saat terdapat cacing dalam botol yang semula diisi dengan tanah dan air tersebut. Kemudian dia berkata kepada para sahabatnya “aku telah menciptakannya, karena aku adalah sebab keberadaannya”. Imam Ja’far as mendengar berita ini dan membantahnya dengan bukti rasional, beliau berkata “jika dia (Ja’d) yang menciptakannya maka tanyakan kkepadanya berapa jumlahnya? Berapa yang jantan dan yang betina? Berapa beratnya masing-masing? Mintalah kepadanya untuk mengubahnya menjadi bentuk yang lain!vi
Jika melihat uraian diatas, maka dengan sangat jelas kita dapat melihat betapa melencengnya umat islam dari ajaran Allah yang sebenarnya. Maka, nanti kita akan melihat bagaimana imam menyelamatkan umat kakeknya ini.


Kondisi politik pada masa imam Ja’far shodiq as
Ima Ja’far shadiq as memiliki dua fase dalam kepemimpinan beliau: pertama, fase runuhnya Dinasti Umayyah hingga kehancurannya (114-132h). kedua, fase kekuasaan Dinasti Abbasiyah sampai beliau wafat (132-148h) dan kondisi politik pada masa imam Ja’far shodiq as tidak terlalu berbeda dengan situasi pada masa ayah beliau. Hisyam bin abdul malik yang membunuh imam Muhammad al-baqir as (ayah imam Ja’far) masih tetap berkuasa dan penerapan politiknyapun masih sama dengan masa ayahnya. Sistem politik penguasa pada masa itu dibangun dengan dasar bar-bar, sehingga para pecinta Ahlulbayt harus rela tertindas, dihina bahkan dibunuh secara tragis. Bahkan bukan hanya para pecinta keluarga nabi saja, para kaum fakir nan miskin yang tidak mengenal ahlulbayt pun juga disiksa dan dibunuh.
Hal ini dapat dilihat dalam diri Zain bin ali bin husain ra. Zaid bin ali ra menggambarkan betapa biadabnya para penguasa pada masa itu sehingga menciptakan tragedi dahsyat pada umat. Jabir bin yazid ju’fi meriwayatkan ungkapan Zaid bin ali ra saat dia bertemu “wahai Jabir, aku tak bisa tinggal diam sementara kitabullah dilanggaar dan perilaku mereka (penguasa) seperti setan. Aku menyaksikan Hisaym dan seorang lelaki menghina Rasulullah saww. Aku berkata kepada si penghina itu ‘celakalah kamu hai kafir!seandainya aku bisa pasti kucabut nyawamu dan segera kuhempaskan ke neraka’ kemudian Hisyam berkata kepadaku ‘santai saja, duduklah bersama kami hai Zaid’ ‘demi Allah, seandainya tidak ada orang lain selain aku dan Yahya putraku, niscaya sudah aku hajar dia hingga mati”vii
Lantas bagaimana akhir nasib Zaid bin ali ra ini? Beliau ditangkap dan dibunuh, kemudian jasadnya disalib didaerah Kisanah, Kufah pada tahun 121h.viii
Dikarenakan mengadopsi gaya bar-bar rezim Umayyah akhirnya runtuh setelah sekian lama merongrong islam dari dalam. Situasi politik pada masa itu sangat bergejolak setelah terbunuhnya Zaid bin ali ra. Dan dikarenakan para penguasa lebih memfokuskan diri dalam menjaga kekuasaannya dari tangan para pemberontak, ini mengakibatkan melonggarnya tekanan terhadap imam Ja’far shodiq as dan kesempatan berharga ini digunakan dengan sebaik-baiknya oleh imam Ja’far shodiq as.
Dengan melihat kondisi yang sedemikian rusak ini, tentu hal yang sangat sulit untuk menegakkan kembali kebenaran. Maka sekarang mari kita lihat sikap apa yang diambil sang maha guru ini.

Sikap Bijak Sang Maha Guru Imam Ja’far Shodiq as
Sekelumit gambaran tentang kondisi pemikiran maupun politik pada masa imam Ja’far telah menceritakan kepada kita betapa rumit situasi pada masa itu dan risalah imamah yang dipegang imam tak henti-hentinya mengalami ancaman.
Bani Umayyah telah sekian lama memisahkan umat islam dari islam. Budaya jahiliyah kembali menjamur dibumi islam. Begitu juga pemikiran-pemikiran barat mulai mengotori kesucian aqidah yang dibangun oleh Rasul saww, keluarga serta sahabatnya yang setia.
Tak hanya kerusakan aidah, kerusakan sosial pun tak bisa lagi dielakkan. Harta umat islam dihambur-hamburkan oleh penguasa. Maka sudah barang tentu imam Ja’far as tidak hanya berdiam diri menyaksikan keadaan itu. Imam menganggap perlu adanya pemahaman masyarakat terhadap islam yang murni setelah islam Muhammadi telah dipisah dari umat Muhammad oleh bani Umayyah.
Imam tidak memilih ‘angkat senjatasebagai cara untuk melawan para diktator. Sikap yang efektif dan jenius ini menjadi cemerlang ditengah semaraknya gerakan-gerakan yang mengatasnamakan islam dan pembaharuan.
Imam menata kembali sendi-sendi islam. Beliau mengemas dakwahnya tidak dengan perlawanan fisik, namun tetap seperti semula yang telah dibangun oleh ayahnya imam Al-baqir as yaitu mencetak generasi tercerahkan dibawah risalah ahlulbayt rasul. Sistem dakwah beliau ini sangat tepat karena jika imam tidak mencerahkan umat islam dengan risalah Muhammad saww, tentulah islam yang dikenal islam Umawiyah yang penuh dengan penindasan dan kebohongan, bukan islam Muhammadi yang penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Jika diringkas, ada dua macam penyimpangan besar pada masa imam.
Pertama, penyimpangan politik para aparatur pemerintah
Kedua, penyimpangan aqidah, pemikiran serta akhlak.
Sedangkan prinsip yang dipegang oleh imam untuk melakukan reformasi universal ialah:
Pertama, bersikap terbuka kepada kelompok-kelompok umat yang memiliki peranan politik secara pemikiran dan gerakan. Atau dengan kata lain semakin menyiarkan akademi ahlulbayt setelah sekian lama dikaburkan oleh penguasa pada masa itu. Ini adalah prinsip umum imam Ja’far shodiq as.
Kedua, mencetak generasi cerdas yang kelak menjadi ulama yang berpemikiran modern dan memiliki pemahaman utuh tentang islam. Dan ini adalah prinsip khusus imam.

1. Imam dalam menentang penyimpangan politik penguasa
Sikap imam terhadap penguasa
~. Imam menjelaskan bahwa pemerintahan diktator adalah tidak sah. Beliau melarang umat islam berkonsultasi kepada para penguasa. Karena merekalah yang menciptakan sengketa yang berkepanjangan. Beliau berkata “jangan pernah sebagian dari kalian dan yang lainnya mencari keadilan hukum dari orang zalim. Kembalilah kepada salah seorang dari kalian yang memahami masalah kita. Kemudian patuhilah dia. Sesungguhnya aku telah menjadikannya sebagai hakim (bagi masalah kalian) maka carilah penyelesaian pertikaian kalian kepadanyaix
~. Imam mengharamkan kerjasama dengan rezim biadab, para diktator. Beliau berkata “sesungguhnya dihari kiamat para penolong kezaliman berada dalam gejolak api neraka sampai Allah menetapkan hukumNya diantara hamba-hambaNya”x

~. Apabila telah bekerja sama dengan pemerintah maka hendaknya dia memutuskan hubungan itu.
Ali bin hamzah berkata “aku mempunyai seorang teman, dia salah seorang juru tulis bani Umayyah. Dia berkata kepadaku ‘izinkan aku bertemu imam Ja’far as’ kemudian aku mengizinkannya. Diapun masuk kemudian memberi salam dan duduk, setelah itu dia berkata kepada imam ‘demi dirimu, sesungguhnya aku berada diistana orang-orang itu. Aku mendapatkan harta yang banyak dari dunia mereka dan memicingkan mata terhadap tuntutannya’ imam berkata ‘seandainya bani Umayyah tidak menemukan orang yang menulis dan mengumpulkan pajak untuk mereka, berperang untuk mereka dan menyaksikan jama’ah mereka, maka mereka tidak akan merampas hak kami. Seandainya orang-orang meninggalkan mereka dan semua yang ada ditangan mereka, mereka tidak akan menemukan apapun kecuali yang berada ditangan mereka’.
Dia berkata ‘demi dirimu, apakah ada jalan keluar bagiku?’ imam berkata ‘jika aku memberitahumu apakah kamu akan melaksanakannya?’ dia berkata ‘aku akan melaksanakannya’ beliau berkata keluarkanlah semua yang kamu dapatkan dalam istana-istana mereka. Siapa yang kamu kenal dari mereka, kamu kembalikan harta itu kepadanya dan siapa yang tidak kamu kenal, kamu sedekahkan harta itu’ xi
Jelaslah, imam Ja’far as bersikap keras dalam menghadapi para penguasa.
Unsur bara’ah sangat jelas dalam pernyataan-pernyataan beliau. Walaupun tidak mengangkat senjata akan tetapi imam tetap berbaroah dari musuh-musuhnya.

Sikap imam tentang kepemimpinan (imamah)
~. Imam memberikan pendidikan kepada umat islam tentang risalah ilahiah (ketuhanan) yang kewenangannya telah dirampas dari pangkuan umat islam.
Imam memaparkan pesan-pesan al-qur’an secara luas dan mendalam untuk menjawab doktrin-doktrin pemikiran yang berusaha membekukan risalah ilahiah.
Allah swt berfirman “dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman “sesungguhnya aku akan menjadikanmu sebagai imam bagi seluruh manusia” Ibrahim berkata “juga dari keturunanku?” Allah berfirman “janjiku tidak meliputi orang-orang zalim (q s al-baqarah:124)
Tentang ayat ini, imam menjelaskan bahwa Allah menjadikan Ibrahim sebagai hamba sebelum menjadikannya sebagai nabi. Allah menjadikannya sebagai nabi sebelum menjadikannya rasul. Allah menjadikannya rasul sebelum menjadikannya sebagai khalil (kekasih) dan Allah menjadikannya sebagai khalil sebelum mengangkatnya menjadi imam. Ketika Allah telah mengumpulkan semua kesempurnaan untuk Ibrahim, Dia berfirman “sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Kemudian imam melanjutkan “karena keagungan imamah dimata Ibrahim as, dia berkata ‘juga dari keturunanku’ Allah berfirman ‘janjiku tidak meliputi orang-orang zalim’ ”xii

~. Imam juga menjelaskan pribadi amiril mukminin Ali bin abi thalib as dengan hadits Ghadir.
Imam menjelaskan kepada umat islamtentang peristiwa yang menjadi tonggak peradaban islam agar tidak dilupakan dan dihapus. Imam berkata tentang kakeknya Ali bin abi thalib as “(Ali bin thalib as) adalah orang yang mendapat wilayahdan ditetapkan baginya imamah pada hari Ghadi khum dengan sabda Rasul saww dari Allah yang berbunyi ‘…sesiapa yang menjadikan aku (Rasul saww) sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah cintailah siapa saja yang menjadikannya pemimpin, musuhilah siapa saja yang memusuhinya, tolonglah siapa saja yang menolongnya, jauhilah siapa saja yang menjauhinya dan bantulah siapa saja yang membantunya’ ”xiii
Dalam hal ini imam ingin menjelaskan betapa mulianya tingkat imamah dan imamah ini dipegang oleh Ali bin abi thalib as dan keturunannya yang suci. Maka, tentulah manusia harus menjadikan para imam Ahlulbayt sebagai rujukan mereka yang utama, bukan kepada para ulama-ulama bayaran bani Umayyah.

Imam dalam menghadapi gerakan kebudayaan dan pemikiran
Imam dalam menghadapi gerakan ekstrimisme
Beliau bersikap tegas terhadap kelompok ekstrimis ini. Disebutkan bahwa imam berkata kepada Sudair “wahai Sudair, pendengaranku, penglihatanku, rambutku, kulitku, dagingku dan darahku bebas dari mereka para ekstrimis. Allah dan rasulNya putus hubungan dengan mereka. Mereka tidak berada dalam agamaku dan agama ayahku dan Allah tidak akan mengumpulkanku dengan mereka satu haripun kecuali Dia murka kepada mereka”xiv.
Isa bin manshur meriwayatkan bahwa imam berdoa “ya Allah, laknatlah Abul Khattab karena dia telah meresahkanku dalam keadaan berdiri dan duduk serta diatas tempat tidurku. Ya Allah, siksalah dia dengan panasnya besi”xv
Abul khattab adalah salah satu penyebar pemikiran ekstrim ini. Dia memilih Kufah sebagai objeknya karena dia tahu Kufah adalah basisnya para pecinta ahlulbayt.
Para ekstrimis meyakini bahwa sesuatu yang non materi sangat mungkin tampak secara fisik. Seperti Jibril as yang pernah menampakkan diri sebagai seorang badui. Dan juga setan berbentuk manusia yang melakukan berbagai kejahatan dan menampakkan jin kedalam diri manusia sehingga berbicara dengan lisannya. Demikian juga mereka meyakini bahwa Allah tampak dalam bentuk manusia.
Pemahaman ini mendapat kecaman keras dari imam. Pada suatu hari Basyar syairi (salah seorang ekstrimis) menemui imam. Saat itupula imam mengusirnya “pergi dariku! Allah akan melaknatmu. Allah tidak akan menaungiku dalam satu atap bersamamu selamanya!”xvi

Imam dalam mengajarkan syariat
~. Membuka ruang belajar secara luas untuk mengajarkan metode-metode pemahaman syariat yang benar.
Disamping menghadang paham ekstrimisme dll, imam juga menghadapi gerekan-gerakan fiqih yang bertentangan dengan esensi syariat islam. Atas dasar inilah, beliau melarang sahabatnya untuk beramal dengan cara yang non islami. Seperti pesan imam kepada Abban “wahai Abban, sesungguhnya jika sunnah dikiaskan agama akan hancur”xvii
Abu hanifah mengadopsi mazhab kias ini untuk mengamalkannya sebagai salah satu sumber hukum. Namun dengan tegas imam menolak pemahaman ini.
Berikut adalah sepenggal dialog antara Abu hanifah dengan imam Ja’far as. Syubrunah dan Abu hanifah menjumpai imam. Beliau bertanya kepada Syubrumah “siapakah yang bersamamu ini? dia menjawab “seseorang yang mempunyai visi dan memberikan pengaruh dalam masalah agama” imam berkata “diakah yang telah mengiaskan masalah agama berdasarkan pendapat sendiri itu?” dia menjawab ”Ya” imam menoleh kearah Abu hanifah kemudian bertanya “siapa namamu?” dia menjawab “Nu’man” imam bertanya “wahai Nu’man, apakah kamu mengiaskan kepalamu?” dia menjawab “bagaimana aku mengiaskan kepalaku?” imam berkata “aku tidak melihatmu melakukan sesuatu yang baik. Apakah kamu mengetahui kadar garam yang terkandung di kedua mata, kadar pahit yang ada dalam kedua telinga, kadar dingin dalam lubang hidung dan kadar manis diantara dua bibir?”
Abu hanifah menyatakan kekagumannya dan ketidak-tahuannya. Imam bertanya lagi “apakah kamu tahu kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya adalah iman?” Abu hanifah menjawab “tidak”. Kemudian Abu hanifah memohon kepada imam agar menjelaskan kepadanya makna ungkapan beliau. Imam berkata “ayahku memberitahuku dari kakekku Rasul saww, beliau bersabda ‘sesungguhnya Allah dengan keutamaan dan kebaikannya telah menciptakan kadar garam dalam kedua mata anak-anak adam untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat didalamnya. Menciptakannya kadar pahit pada kedua telinga sebagai tameng dari binatang. Jika binatang masuk kedalam kepala melalui telinga dan mengarah keotak, maka karena rasa pahit itu dia akan keluar. Allah menciptakan kadar dingin dalam kedua lubang hidung agar udara dapat dihirup oleh keduanya. Seandainya tidak demikian otak akan membusuk. Allah menciptakan kadar manis diantara dua bibir agar dapat merasakan lezatnya makanan”. Abu hanifah memandang imam sambil bertanya “beritahuku tentang kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya iman”
Imam menjelaskan “sesungguhnya seorang hamba jika mengatakan ‘tidak ada Tuhan’ maka dia kafir. Jika dia melanjutkan dengan kalimat ‘selain Allah’ maka itu adalah iman”.
Imam kemudian mendekati Abu hanifah dan berkata “wahai Mu’man, ayahku memberitahuku dari kakekku Rasul saww bersabda ‘pertama kali yang melakukan kias dalam masalah agama dengan pendapatnya sendiri adalah iblis. Allah berfirman kepadanya sujudlah kamu kepada Adam lalu dia berkata ‘aku lebih baik darinya, engkau ciptakan aku dari api dan engkau menciptakannya dari tanah’ ”xviii

Kita harus berterima kasih kepada imam karena :

Imam telah membendung gerakan Zandaqah (ateis) dari pemikiran pengikutnya
Imam telah membendung gerakan Al-jabr (pemaksaan) dari pemikiran pengikutnya
Imam telah melawan Penyelewengan terhadap sejarah kehidupan rasul saww
Imam telah melawan Penyelewengan terhadap hadits nabi saww
Imam telah melawan penyelewengan terhadap tafsir Al-qur’an.
Imam telah menjelaskan bahwa pemerintahan diktator adalah tidak sah. Beliau melarang umat islam berkonsultasi kepada para penguasa
Imam mengharamkan kerjasama dengan rezim biadab, para diktator. Apabila telah bekerja sama dengan pemerintah maka hendaknya dia memutuskan hubungan itu.
Imam memberikan pendidikan kepada umat islam tentang risalah ilahiah (ketuhanan) yang kewenangannya telah dirampas dari pangkuan umat islam.
Imam juga menjelaskan pribadi amiril mukminin Ali bin abi thalib as dengan hadits Ghadir.
Imamtelah membuka ruang belajar secara luas untuk mengajarkan metode-metode pemahaman syariat yang benar.

Dan jika dilihat poin-poin diatas masih ada sampai sekarang, kita bisa melihat para pecinta ahlulbayt tidak pernah mempercayai pemikiran al-jabr (pemaksaan) karena imam Ja’far shodiq as dan juga ayah-ayah imam serta anak-cucunya yang suci nan mulia. Maka, apa jadinya kita kalau tidak ada sang maha guru imam Ja’far bin muhammad ash-shodiq ini?
Jadi, berterimakasihlah kepada imam yang telah menjaga kemurnian risalah kakeknya Muhammad rasulullah saww. Bagaimana cara berterimakasih? Ada banyak cara untuk berterima kasih, salah satunya ialah

Imam Ja’far shodiq as berkata :
Wahai sekalian syi’ah, jadilah kalian penghias bagi kami dan jangan jadi pencoreng kami. Katakan yang baik-baik kepada manusia, jagalah lisan-lisan kalian, tahanlah dia dari kelebihan berbicara dan omongan yang jelek”xix
Dalam kesempatan lain imam juga bersabda :
hai sekalian syiah, sesungguhnya kalian telah dinisbahkan kepada kami, maka jadilah penghias bagi kami dan jangan jadi pencoreng!”xx

Referensi:
Ja’far shodiq sang maha guru:
Sejarah singkat 14 maksum, jilid 2 :
Ahlulbayt nama-nama yang terlupakan :




i Ibnu katsir, tafsir al-qur’an adzim, jilid 3, hal 106)
ii Shahih tirmidzi, jilid 5, hal 687, bab manaqib Muawiyah)
iii Shahih Bukhari, jilid 1, hal 169; Shahih Muslim, bab Shalat al-‘idain, jilid 2, hal 607; Musnad Ahmad bin hanbal, jilid 6, hal 38
iv Al-imam As-shodiq wa al-mazahib al-arba’ah, jilid 2, hal 122
v Lisan al-mizan, jilid 2, hal 105
vi Amali al-murtadha, jilid 1, hal 284
vii Hayat al-imam al-baqir; Dirasat wa tahlil, jilid 1, hal 72
viii Ansab al-asyraf, jilid 3, hal 439,446
ix Wasa’il as-syiah, jilid 27, hal 13, dari Al-kafi , al-faqih dan at-tahdzib
x Ibid, jilid 17, hal 179, dari At-tahdzib
xi Al-kafi, jilid 5, hal 106; Biharul anwar, jilid 47, hal 138
xii Al-mizan, jilid 2, hal 267
xiii Ad-durr al-mantsur, jilid 2, hal 298; Syawahid at-tanzil, jilid 1, hal 187 dll
xiv Ushul al-kafi, jilid 1, hal 629
xv Awalim al-ulum wa al-ma’arif, jilid 20, hal 2
xvi Ibid, hal 400
xvii Biharul anwar, hal 104-105
xviii Ushul al-kafi, jilid 1, hal 58; Biharul anwar, jilid 47, hal 226
xix Biharul anwar, jilid 68, hal 151
xx Misykat al-anwar, hal 67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar