Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Sabtu, 25 Mei 2013

Mengenal Ali as, Mengenal Keagungan Allah swt


Ustadz Alam Firdaus
                Dalam konteks irfan, Allah ingin hamba-Nya melihat keagungan-Nya. Namun, karena mustahil kita melihat langsung keagungan-Nya, maka Allah menciptakan jiwa-jiwa suci yang mampu mencerminkan keagungan-Nya. Imam Ali bin Abi Thalib  adalah salah satu jiwa suci itu. Begitulah ungkapan ustadz Alam Firdaus ketika membuka ceramah beliau dalam peringatan hari lahir imam Ali bin Abi Thalib as di mushalla al-Husaini, Candi, Rabu (22/5).
                Dalam acara yang diselenggarakan PHBI remaja Candi itu, ustadz Alam Firdaus mula-mula menjelaskan bahwa sebagaimana kita tak pernah jemu memandang pemandangan indah, demikian juga kita tak akan merasa bosan mendengar dan mempelajari kemuliaan-kemuliaan imam Ali as.
                Ustadz Alam lantas melanjutkan bahwa salah satu gelar imam Ali yang terkenal adalah karramallahu wajhah (Allah memuliakan wajahnya.) Gelar ini diberikan pada imam Ali karena wajah beliau tidak pernah tunduk di hadapan berhala, berbeda dengan hampir semua sahabat Nabi yang pernah menyembah berhala. Adapun mengenai kemuliaan imam Ali yang tak terhingga, ustadz Alam membawakan beberapa contoh kemuliaan beliau:
1.       Keberanian
Kawan dan lawan sepakat dalam hal keberanian Imam Ali as yang tiada tara. Amr bin Ash, salah satu orang yang sangat membenci imam Ali, pernah berkata, “tidak layak mencela orang yang lari dari hadapan Imam Ali (dalam peperangan).” Kata-kata ini merupakan bukti nyata betapa musuh-musuh imam Ali sangat takut akan keberanian dan keperkasaan beliau as. Sampai-sampai, dalam sejarah disebutkan bahwa dalam perang Shiffin, ketika Amr bin Ash sudah terjatuh di hadapan imam Ali, ia membuka seluruh bajunya hingga tersingkaplah auratnya. Imam yang sangat menghormati kehormatan orang lain, lantas pergi meninggalkannya.
2.       Kedermawanan
Kedermawanan imam tak diragukan lagi. Kedermawanan beliau banyak membuat musuh-musuh islam bertekuk lutut lantas mengakui keutamaan islam. Dikisahkan, ketika dalam suatu perang, imam Ali berhadapan dengan seseorang. Orang itu terdesak hingga pedangnya terlepas dari tangannya. Ia lalu meminta Imam agar memberi ia pedang beliau. Imam tanpa banyak kata, langsung memberikan pedang beliau kepada orang itu. Orang itu begitu terheran-heran, “wahai Ali, ini dalam perang, namun kau masih saja dermawan!” “Bukan termasuk akhlakku, menolak orang yang meminta kepadaku.” Mendengar jawaban Imam ini, orang itu langsung bersimpuh di kaki Imam dan menyatakan keislamannya.
3.       Ibadah
Ibadah Imam Ali bin Abi Thalib tentu tak bisa dibandingkan dengan kita. Lantas, bagaimana cara kita mengukur ibadah beliau? Dengan mendengar pernyataan orang yang sepadan dengan beliau, dalam hal ini imam Ali bin Husain Zainal Abidin (penghias para ahli ibadah). Ketika membaca lembaran-lembaran yang menulis tentang ibadah imam Ali bin Abi Thalib, kakeknya, Imam Ali Zainal Abidin langsung menutup lembaran-lembaran itu seraya berkata, “siapa yang mampu menandingi ibadah imam Ali bin Abi Thalib?” Ungkapan yang keluar dari seorang ahli ibadah sebesar Imam Ali Zainal Abidin as ini merupakan bukti nyata betapa ibadah imam Ali bin Abi Thalib as tak tersaingi.
                Setelah menjelaskan kemuliaan-kemuliaan imam Ali yang merupakan cerminan keagungan Allah swt, ustadz Alam Firdaus, di akhir ceramahnya, berpesan kepada para pecinta imam Ali yang hadir dalam acara tersebut agar benar-benar menyiapkan fisik dan mental menghadapi ujian yang akan menempa mereka. Ujian yang akan menempa para pecinta imam Ali, menurut Imam sendiri, tak akan mampu ditanggung gunung sekalipun. “Jadi, kita butuh lebih dari sekedar kesabaran sekuat batu, bahkan harus lebih tegar dari gunung” pungkas beliau dalam acara yang juga diselingi dengan dramatisasi hadits mufakhkharah itu.
Farazdaq Khuza’i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar