Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Kamis, 17 Maret 2011

Imam Hasan bin Ali al-askari as, ayahanda Imam Mahdi al-muntadzar afs




Rasulullah saww adalah penutup para nabi dan rasul. Setelah beliau wafat, wahyu ilahi tidak pernah lagi turun ke bumi. Risalah Tuhan telah disempurnakan oleh Rasulullah saww. Ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah agama terakhir dari rangkaian agama-agama samawi. Umat islam adalah umat terbaik. Begitu pula ajaran dan syariatnya. Hal ini jelas diketahui oleh Allah dan RasulNya, keadilan dan kasih sayangNya menuntut keberadaan islam yang akan terus lestari hingga kiamat ini harus dijaga oleh manusia-manusia yang pantas dan tepat. Allah swt tak akan membiarkan umat islam tanpa pemimpin yang ditunjuk langsung olehNya.akal pun menghukumi bahwa islam (agama tersempurna) harus dipimpin oleh orang-orang yang juga sempurna, dari segi apapun. Baik ilmu, akhlak, ibadah, dst. Mengingat pentingnya keberadaan pemimpin (imam) setelah Rasulullah saww wafat, beliau jauh-jauh hari sudah mengenalkan pada umat islam siapa pemimpin mereka. siapa manusia sempurna yang paling cakap memimpin umat. Beliau saww bersabda ‘aku tinggalkan dua pusaka berharga ditengah kalian, al-qur’an dan keturunanku (ahlulbaytku). Keduanya tidak akan berpisah selamanya, dan jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan pernah tersesat’ (HR Muslim)
Assalamu alaika ya Aba Muhammad Hasan Ibn Ali as
Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan mencoba mengenal salah satu manusia suci pusaka Rasul itu, beliaulah Imam Hasan bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib ‘alaihimus salam.

Biografi singkat
Imam Hasan askari as lahir pada tanggal 10 rabiul akhir tahun 232 h di Madinah. Ayah beliau adalah imam Ali bin Muhammad al-hadi as. Sedangkan ibu beliau bernama Sulail, seorang wanita yang sholehah. Beliau adalah imam ke-11 dari mata rantai emas imam-imam Ahlulbayt. Beliau memiliki banyak laqab (gelar) dan yang paling terkenal adalah al-askari. Karena beliau tinggal di Samarra’ yang sebutan lainnya adalah askar. Disamping laqab al-askari, beliau memiliki laqab-laqab yang lain, seperti : ar-rafiq; az-zakiy; al-khalis; al-amin; al-fadhil; dan masih banyak lagi. Gelar-gelar diatas memang sangat tepat disematkan pada beliau as. Mengingat betapa tingginya maqam beliau disisi Allah swt. Beliau dikunyahkan (dipanggil dengan nama bapak atau anak) sebagai Ibn Ridha (putra ar-ridha as). Namun kunyah Abu Muhammad-lah yang khusus untuk beliau. Beliau menjadi imam pada umur 22 tahun. Beliau as pergi meninggalkan dunia pada tanggal 8 rabiul awwal tahun 260 h, saat masih berusia 28 tahun. Beliau dikebumikan disamping kuburan ayahanda tercinta, di Samarra’, Irak. Sejarah mencatat, beliau tak memiliki anak selain Imam Mahdi al-muntadzar afs, yang merupakan buah hati beliau dan istri beliau, ibunda Narjis.
Kehidupan beliau
Beliau tumbuh dan berkembang dalam asuhan manusia-manusia agung yang selalu memancarkan cahaya ilahi. Beliau besar dalam rumah yang selalu menjadi buah bibir malaikat. Beliau semenjak kecil selalu menimba ilmu langsung dari muaranya, yaitu ayah beliau sendiri, imam Hadi as. Hasan muda jauh mengungguli anak-anak muda dimasanya. Ibadahnya, akhlaknya, ilmunya, takwanya dan kedermawanannya jauh melampaui umat islam dimasa itu. Sedari kecil, beliau telah mengenal Allah dengan sebaik-baik pengetahuan. Keindahan akhlak Rasul , ketinggian ilmu Amirul mukminin dan keberanian Sayyidus syuhada telah terpatri dalam jiwa beliau. Meski rezim tirani pada masa itu begitu brutal dan membabi buta dalam menyiksa kaum Alawiyyin, Imam Hasan as dengan tegar berdiri dan dengan tegas berteriak menantang ketidak-adilan. Kehidupan beliau yang singkat mampu menghadirkan rasa takut yang sangat pada dinasti Abbasiah yang haus darah. Beliau sepanjang hidupnya terus diteror para musuh Allah. Mereka tahu bahwa beliau adalah ayah dari imam yang dinanti-nanti kaum muslimin yang menurut Rasul, akan menggulingkan setiap kejahatan dan meluluh-lantahkan rezin-rezim pro setan. Oleh Karena itu, mereka tak henti-hentinya mengawasi dan mengintimidasi imam. Dengan tujuan, imam Mahdi afs tak akan bisa lahir kedunia ini. Seakan mereka lupa bahwa janji Allah dan rasulNya adalah pasti.
Beliau hidup dalam pengawasan dan mata-mata musuh yang selalu mengincar nyawa beliau. Beliau menghabiskan sebagian hidupnya dalam penjara. Namun, seakan penjara adalah taman bunga. Beliau yang sangat tekun beribadah malah mampu menyadarkan dua preman yang hidup bersama beliau dalam penjara. Beliau sepanjang hidupnya tak pernah meninggalkan jalan kebenaran, meski nyawa beliau tak pernah lepas dari ancaman. Beliau laksana pohon tinggi yang menjulang. Semua orang bisa berteduh dibawahnya. Situasi politik pada masa beliau sangatlah menyulitkan. Namun beliau tak pernah menyerah. Beliau selalu menggunakan setiap kesempatan dengan baik. Beliau tetap tegar dalam menjaga islam, mengayomi masyarakat, membarantas bid’ah-bid’ah hingga membina pribadi-pribadi yang bisa diandalkan. Imam hidup semasa dengan diktator-diktator bengis Abbasi, sebut saja Mu’taz, Muhtadi dan Mu’tamad. Mereka tak pernah luput untuk menebarkan kekejaman, menyulutkan api permusuhan dan bertindak semena-mena terhadap imam dan pengikut beliau. Telah berulang-ulang mereka mencoba untuk membunuh imam. Bahkan Mu’tamad harus meracuni imam karena sudah tak sanggup lagi menerima kenyataan bahwa imam begitu dicintai dan dihormati seluruh kaum muslimin, baik pengikut beliau sendiri maupun muslimin yang lainnya. Beliau akhirnya mereguk cawan syahadah dalam usia yang belum genap tiga puluh tahun. Salam sejahtera atasnya dihari kelahirannya, disaat kesyahidannya dan dihari ketika beliau dibangkitkan kembali.
Diantara wasiat beliau
‘Aku wasiatkan kepada kalian, agar kalian bertakwa kepada Allah, wara’ dalam agama kalian, bekerja keras karena Allah, jujur dalam bicar, tunaikan amanat kepada orang yang menyerahi amanat pada kalian, entah dia itu orang baik atau orang jahat, panjangkan sujud dalam sholat, berbaiknalah dengan tetangga karena dengan membawa inilah Nabi Muhammad saww diutus. Bersilaturrahmilah dengan kerabat-kerabat kalian, datangi jenazah mereka, besuklah mereka yang sakit dan tunaikanlah hak-hak mereka. Karena, barangsiapa diantara kalian yang wara’ dalam agamanya, jujur dalam bicaranya, menunaikan amanat, memperbagus akhlaknya terhadap orang-orang, lalu dikatakan ‘ini orang syiah!’ maka hal ini menggembirakan aku! Bertakwalah kepada Allah. Jadilah kalian hiasan bagi kami dan janganlah menodai kami. Tariklah semua cinta kepada kami dan semua yang buruk dari kami. Karena semua kebaikan yang dinisbatkan kepada kami, memang kamilah pemiliknya. Semantara, keburukan yang dinisbatkan kepada kami, kami sama sekali tidaklah demikian. Pada kami kebenaran dalam kitabullah. Kami mempunyai kedekatan dengan Rasulullah dan kami disucikan Allah, yang tidak diklaim oleh seorang pun selain kami melainkan dia pendusta. Perbanyaklah dzikir kepada Allah, membaca al-qur’an dan bershalawat kepada Nabi saww, pahalanya sepuluh kebaikan. Peliharalah wasiatku ini! Selamat tinggal, aku ucapkan salam kepada kalian’ (Tuhaful ‘uqul, hal 487-488)
(Dirangkum dari buku : teladan abadi Hasan Askari, terbitan Al-huda, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar