Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Sabtu, 13 April 2013

Lepaskan Amarahmu Dengan Cara yang Luhur!


tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik."
Pada suatu waktu, seorang warga Madinah melihat Imam Musa. Ia menghadang beliau lalu menyampaikan kata-kata kasar dan makian terhadap beliau. Para sahabat Imam berkata, “Izinkan kami untuk menghajarnya, wahai Imam!”
Imam berkata, “Biarkanlah, jangan kalian ganggu dia.”
Beberapa hari kemudian, tidak ada berita tentang orang tersebut. Imam menanyakan ihwal kesehatan orang itu. Penduduk kota menjawab, “Ia pergi bercocok tanam di ladangnya yang terletak di luar kota Madinah.” Mendengar kabar tersebut, Imam as segera menunggang kudanya dan bergerak menuju ke ladang orang tersebut.
Ketika orang itu melihat kedatangan Imam as, ia berteriak dengan lantang dari kejauhan, “Jangan sekali-kali kau menginjakkan kakimu di ladangku. Aku adalah musuhmu dan musuh datuk-datukmu.”
Namun, Imam malah mendekatinya, menyampaikan salam, dan menanyakan kesehatan serta keadaan hidupnya. Dengan penuh ramah Imam bertanya, “Berapa dinar yang Anda habiskan untuk biaya ladangmu ini?”
Ia menjawab, “Seratus dinar.”
Imam bertanya lagi, “Berapa banyak keuntungan yang Anda harapkan dari semua ini?”
Orang itu menjawab, “Dua ratus dinar.”
Mendengar jawaban ini, Imam mengambil sekantung uang yang berisi tiga ratus dinar dan memberikannya pada orang tersebut. Imam berkata, “ambillah uang ini, dan ladang ini tetap menjadi milikmu.”
Orang yang selama ini berlaku kurang ajar dan kasar kepada Imam itu, tidak pernah menyangka akan mendapatkan perlakuan sesantun itu dari Imam.
Ketika hendak kembali ke Madinah, Imam berpesan, “Lepaskan amarahmu dengan cara seperti ini.” Yakni, tetap menunjukkan akhlak yang luhur.”[1]
Kita tentu sering mendengar kisah-kisah seperti ini. Rasul saw juga pernah berlaku demikian. Yakni menghormati dan menyantuni orang yang memusuhi beliau. Meski akhlak ini tak mudah dilaksanakan, kita tetap memiliki kewajiban untuk bersikap baik kepada siapapun, termasuk orang yang membenci kita. Kisah Imam Musa al-Kadzim ini adalah contoh nyata dari firman Allah yang berbunyi, tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.[2]
Dewasa ini, media sosial semacam Facebook, menjadi ajang ‘ejek-ejekan’ sesama muslim yang berbeda madzhab. Di ‘dunia baru’ itu, semua orang, termasuk umat islam, bisa mengatakan apapun, termasuk ejekan, hinaan, dst. Parahnya, hanya karena merasa paling benar, sebagian umat islam ‘menyerang’ keyakinan yang lain dengan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam islam. Islam mengajarkan bahwa kebaikan dan keburukan adalah musuh abadi. Jadi, tak ada alasan bagi pengikut kebaikan untuk mengikuti cara-cara yang salah dalam menyampaikan kebaikan. Lepaskan amarahmu dengan cara yang luhur! Itu pesan imam Musa al-kadzim as. Wallahu a’lam.
Farazdaq Khuza’i




[1] http://www.al-shia.org/html/id/page.php?id=378
[2] Fussilat: 34

1 komentar: