Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Kamis, 18 Oktober 2012

Dialah...


Jpr, Minggu, 21-11-10

Ghadir Khum


          Kawan, tiada kata yang tepat 'tuk menggambarkan 'dia' ini. 'Dialah' yang keras sekaligus lembut wataknya. 'Dia' suka tersenyum tapi tak jarang 'dia' menangis. 'Dialah' 'sang pembunuh' namun 'dia' lebih terkenal sebagai seorang penolong. Hatinya setegar gunung. Sifatnya selembut kapas, bahkan lebih lembut lagi. Wajahnya seteduh embun pagi yang selalu dikagumi mata para pemandang. Langkah kakinya begitu kuat, sekuat iman di hatinya. Tutur katanya lebih menghidupkan dibanding mata air murnih nan jernih. Ilmunya setinggi langit tapi 'dia' lebih tawadhu'  dari Luqman al-Hakim. Kudengar 'dia' pernah berkata 'aku adalah budak orang yang mengajariku meski hanya satu huruf!'
        hidupnya sederhana, meski begitu tak pernah kulihat 'dia' meminta iba orang lain. Jangan dikira karena rumahnya yang kecil dan pakaiannya yang begitu sederhana, 'dia' lantas tak dikenal sebagai 'sang dermawan'. Bahkan 'dia' lebih dermawan dibanding siapapun di bumi ini!
          'Dia' tak pernah berbohong, karena kejujuran adalah jalan hidupnya. 'Dia' selalu berkata benar,  tapi karena itulah para musuh Allah sangat membencinya. Kesabarannya tak kalah dengan nabi Allah Ayyub as. Maka, jangan heran kenapa 'dia' begitu dicintai Nabi.
          Dan, kawan, ini yang membuat aku yakin kalau 'dia' 'manusia sempurna'. 'Dia' tak pernah mendzalimi seorang pun selama masa hidupnya. Bahkan dalam benaknya tak pernah terlintas keinginan untuk berbuat dzalim. 'Dia' berkata, 'demi Allah, jika diberikan kepadaku seluruh alam semesta dan isinya untuk melakukan kedzaliman kepada seekor semut dengan mengambil kulit biji gandum yang sedang dimakannya, pasti tidak akan kulakukan!'
Bayangkan, hanya seekor semut bukan manusia. Ini artinya hatinya begitu lembut, kawan. 'Dia' belajar dari Rasulullah saww bagaimana mengasihi seluruh makhluk Allah.
          Kawan, walau 'dia' sedemikian penyayangnya 'dia' tetaplah pemberani. Pembeda antara haq dan bathil. 'Dia' tetaplah Haidar, singa padang pasir. Datangkan seribu pasukan perang terbaik yang pernah ada di dunia ini, kupastikan 'dia' takkan mundur selangkah pun. Kupastikan tangan yang begitu lembut bagi para fakir itu akan menjadi baja yang takkan pernah berhenti untuk membantai. Atas nama keadilan 'dia' akan mati.
          Ah, mungkin kau tak percaya padaku, kawan. Mana ada orang seperti 'dia'.
          Kawan, 'dia' ada. Berterima kasihlah padanya, karena pukulan pedangnya islam berdiri hingga sekarang. Kudengar kekasihnya berkata 'pukulan 'dia' pada hari itu (perang Khandaq) lebih mulia dari ibadah seluruh jin dan manusia'.
          Kawan, 'dia' nyata. Cintailah 'dia'. Kudengar kekasihnya berkata, yang kata-kata ini memuat dalam al-qur'an nan suci, '...aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada 'dia' dan keluarganya'.
          Kawan, maukah kuceritakan padamu tentang 'dia' ?
'Dia' rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan nyawa kekasihnya. Tuhan semesta alam memujinya. Turunlah ayat 'dan dari sebagian manusia ada yang menjual dirinya karena mengharapkan ridha Allah. Dan Allah maha penyayang atas hamba-hambaNya'. Maha benar Allah atas firman-Nya. Tahukah kau siapa kekasihnya, kawan? Kekasihnya tak lain dan tak bukan ialah Muhammad Rasulullah saww. Tahukah kau siapa Muhammad Rasulullah, kawan? Beliaulah kekasih Allah 'azza wa jalla. Tuhan semesta alam.
          Kawan, haruskah kuceritakan padamu tentang 'dia' dan keluarganya yang tidak makan selama tiga hari karena makanan mereka yang pas-pasan diberikan kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan? Tentu tak perlu, kau bisa membacanya sendiri dalam al-Qur'an. Kitab sucimu, pedoman hidupmu.
          Kawan, seharusnya kau hadir di saat Rasul saww mengumpulkan seluruh kaum muslimin di daerah nan gersang, Ghadir Khum. Allah swt telah memilihnya sebagai 'penerus risalah langit' melalui lisan suci nabi-Nya. Ya teman, demikianlah adanya. Aku tak habis pikir, mereka yang telah membai'at 'dia' sebagai Amirul Mukminin, berani mengambil hak yang menjadi miliknya. Sejarah terlalu kelam 'tuk diselam lebih mendalam. Tak sanggup kulihat 'dia' dan seluruh keagungannya ditinggal umat islam. Sendiri. Berdiri tegar. tanpa sang guru di sampingnya, menjaga agama langit di bumi Tuhan. Hingga ajal menjemput dirinya 'dia' masih sendirian.
Ya 'Ali Adrikna!!

Farazdaq Khaza'i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar