Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Kamis, 06 Desember 2012

Khulasoh Ta’lim Muharram 1434 H.(2)


Husainiyyah=Mahdawiyyah
Malam ke-6 (19/11)
Inilah beberapa poin penting dari ceramah ustadz Nur Alim:
~. Keluarganya imam Husain bukan untuk pangkat, juga bukan untuk dibaiat di masyarakat Kufah.
~. Beliau menyeru orang-orang untuk melawan Yazid bin Muawiyah.
~. Keluarnya imam Husain memberikan efek hingga sekarang.
 ~. Meski menyeru, imam Husain tetap memberikan kebebasan kepada orang yang mendengar seruan beliau, tidak ada paksaan.
~. Pengorbanan Ibrahim atas Ismail diganti dengan domba, sedangkan pengorbanan imam Husain keluarganya tidak diganti.
~. Imam Husain meski tengah berperang, tetap mengingat Allah (salat tepat waktu).
~. Sahabat imam Husain ketika membela Imam tidak karena melihat kemadzluman Imam, tapi melihat Imam sebagai wali Allah.

~. Mereka (sahabat imam Husain) memiliki niat yang tulus.
~. Majlis aza’ bukan hanya sekedar duduk bersama, tapi merupakan pembelajaran tinggi. Kita bisa belajar keikhlasan, pengorbanan, dan keberanian dari sahabat imam Husain as.
~. Semua sahabat mengorbankan segalanya demi Allah. Apa yang telah kita lakukan? Sudahkah kita berkorban seperti pengorbanan sahabat-sahabat Imam?
~. Tugas kita adalah merubah keadaan. Tekad kita bisa menjadi kuat ketika melihat perjuangan imam Husain as.
~. Kita harus menyiapkan diri guna menyambut kemunculan imam Mahdi, selaku penerus imam Husain.
Malam ke-7 (20/11)
Di malam ini, para pecinta imam Husain yang hadir di majlis aza’ mendapatkan ilmu-ilmu berguna dari ustadz Alam Firdaus.
~. Mungkin hal yang bisa harapkan untuk mendapatkan ampunan dari Allah adalah kecintaan kita kepada imam Husain as, bukan salat dan puasa kita yang bisa saja ternodai riya’.
~. Imam Ridho as berkata, “barang siapa yang menangis atas kejahatan yang menimpa kami, maka dia bersama (sederajat) dengan kami di surga.”
~. Dalam peristiwa Karbala, tidak hanya ada kisah-kisah yang menyayat hati, tapi ada juga kisah-kisah indah dan menakjubkan.
~. Sayyidah Zainab al-Kubra as berkata perihal peristiwa Asyura, “yang kulihat hanyalah keindahan.”
~. “salah satu momen indah di Karbala yaitu ‘mendirikan salat’.”
~. Saat menjelang dzuhur, imam Husain meminta waktu untuk salat, tapi tak diberi. Meski begitu, beliau tetap salat di awal waktu. Beliau menyuruh sahabat-sahabatnya untuk menjadi tameng dan melindungi beliau ketika beliau salat.
~. Bisa saja Imam menunda salat. Menunggu hingga musuh berhenti (beristirahat). Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Imam Husain begitu perhatian terhadap salat di awal waktu, meski musuh yang terus menyerang. Inilah yang membedakan salat kita dan imam Husain. Kita mungkin kurang memerhatikan salat di awal waktu, tidak seperti imam Husain dan Ahlulbayt lainnya.
~. Para fuqaha menjelaskan salat yang harus diperhatikan awal waktu adalah salat dzuhur.
~. Sebagian sejarawan mengatakan bahwa Imam memulai perang setelah salat dzuhur. Sebelumnya imam menghabiskan waktu dengan memberikan nasihat kepada musuh.
~. Tidak hanya salat di awal waktu tapi juga salat dilakukan Imam dan para sahabatnya dengan berjamaah. Salat di awal waktu dan berjamaah di saat-saat seperti itulah yang dilihat sayyidah Zainab sebagai keindahan.
~. Maka, sebisa mungkin kita salah di awal waktu dan berjamaah.
~. Keindahan lain dalam peristiwa Asyura adalah kesetiaan.
~. Dalam kisah-kisah lain, kesetian terkadang hanya dalam bentuk perkataan yang muncul dari khayalan. Namun dalam Asyura, kesetiaan ditunjukkan tidak dengan kata, tapi juga perbuatan.
~. Zuhair al-Qain berkata pada imam Husain as, “jika aku mati tercincang, lalu dihidupkan lagi, lalu mati dicincang lagi dan seterusnya sebanyak 70 kali, aku akan tetap tak akan meninggalkanmu. ”
~. Dikisahkan, ada seorang pejuang Badr, yang karena cintanya, ikut berperang bersama imam Husain, meski ia sudah sangat tua.
Malam ke-8 (21/11)
Pada malam kedelapan ini, majlis aza’ yang ada di Jepara difokuskan di mushalla al-Khairat, Kauman, Bangsri. Dalam pembicaraannya, Habib Ali bin Abdul Qadir Bafaqih menyampaikan beberapa poin penting. Antara lain:
~. Hadir di majlis yang memperingati Imam Husain, adalah mulia di sisi Allah.
~. Nabi saww bersabda, “salat adalah tiang agama. Siapa yang mendirikannya, maka ia telah mendirikan agama.”
~. “Salat lima waktu dan meratapi apa yang terjadi di Karbala adalah senyawa.”
~. Dalam sebuah riwayat disebutkan ketika mi’raj Allah hendak memberi misi yang tak pernah dipikul oleh siapapin selain kepada Rasulullah. Namun jika misi ini dijalankan, maka Rasul akan diuji. Beliau akan diracun oelh umatnya, wahimu akan dipenggal kepalanya oleh umatnya, Fathimah akan disakiti oleh umatnya, Hasan akan diracun oleh umatnya, Husain akan dibantai di Karbala oleh umatnya, semua pecintamu akan selalu diganggu umatnya, hingga datang Ibnul Hasan yang akan meratakan keadilan di seluruh bumi. Rasul menyatakan kesanggupannya dan memohon taufik dan bantuan dari Allah swt.
~. Dikatakan bahwa ada raja jin yang pernah dibantu Imam Ali datang dan mengajukan bantuan pada imam Husain as, namun ditolak Imam. Para malaikat pun ikut menawarkan bantuan, tapi kembali ditolak Imam.
~. Lalu, kenapa Imam as berkata, “adakah orang yang ingin menolongku?”
~. Imam mengucapkan ini dengan arti “siapakah yang ingin menolongku menjalankan agama Rasulullah saw”. Kata-kata di atas diucapkan Imam agar semua umat islam perhatian dengan agama yang dibawa Rasulullah saw.
~.”Setiap ibu yang menyusui anaknya, demi Allah, dia telah menolong imam Husain. Setiap ayat yang bekerja keras demi mencari nafkah untuk anaknya, demi Allah, dia telah menolong imam Husain.”
Setelah ceramah inti, acara langsung dilanjutkan dengan pembacaan maqtal imam Husain. Mendengar kisah penderitaan imam Husain dan sayyidah Zainab as serta seluruh sahabat dan keluarga imam husain, para pecinta imam Husain tak kuasa membendung airmata. Bahkan sempat terdengar teriakan histeris dari para wanita maupun pria. Ucapan ‘inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ pun terdengar beulang kali. Masih dalam suasana gelap, acara kemudian dilanjutkan dengan pelantunan ma’tam dan ziarah yang kesemuanya dipimpin oleh para Sayyid.
Malam ke-9 (malam Tasu’a) (22/11)
Pada malam ini, majlis aza’ imam Husain di Jepara difokuskan di Ponpes Darut-taqrib Jepara. Adalah ustadz Alam Firdaus yang menjadi pembicara. Beliau menegaskan bahwa malam sembilan adalah malamnya Abu Fadhl Abbas, sehingga beliau membahas keutamaan-keuramaan adik imam Husain ini.
~. Satu-satunya yang kita butuhkan ketika menghadapi kematian adalah syafaat dari Ahlulbayt as.
~. Ketika membicarakan Abu Fadhl Abbas, tentu kita tak bisa melupakan Ummul Banin, ibunya yang merupakan istri imam Ali bin Abi Thalib.
~. Salah satu keutamaan Abu Fadhl Abbas adalah ketatapan hatinya yang luar biasa. Dalam surat al-an’am, kita dapati bahwa Allah berfirman bahwa ada dua tipe keimanan; mustaqarrun (tetap) dan mustauda’ (titipan). Ada orang yang memiliki iman mustaqarrun, ada juga yang memiliki iman mustauda’.
~. Tak ragu lagi, Abu Fadhl Abbas memiliki iman yang mustaqarrun.
~. Abu Fadhl dan Syimr Dzil Jausyan berasal dari kabilah yang sama. Suatu kali Syimr meminta Abbas keluar dari barisan imam Husain, karena ia tak ingin membunuh saudara sekabilahnya. Meski mendapatkan perlindungan semacam ini, Abu Fadhl dengan tegas lebih memilih bersama imam Husain as meski harus mati.
~. Maka, jangan hanya dalam iman saja kita teguh, tapi dalam apapun selama kita yakin bahwa hal itu diridhoi Allah, maka jangan pernah meninggalkan hal itu.
~. Satu hal yang harus diperhatikan adalah ketaatan dan kemantapan Abu Fadhl Abbas terhadap imam Husain bukan karena imam Husain adalah kakak Abu Fadhl, tapi Abu Fadhl melihat imam Husain sebagai imam yang wajib ditaati.
~. Selain ketetapan hati, keutamaan Abu Fadhl Abbas adalah keberanian beliau yang tiada tertandingi.
~. Semenjak kecil, Abu Fadhl sudah menunjukkan sifat pemberani dalam dirinya.
~. Dalam perang Shiffin, Abbas bin Ali bin Abi Thalib as ini masih belasan tahun, namun sudah ikut berperang dan berhasil menewaskan banyak musuh.
~. Kenapa musuh memutus tangan Abu Fadhl? Karena selama Abu Fadhl Abbas memegang pedang, maka ia tak akan bisa dikalahkan.
~. Bukti lain bahwa Allah telah memberikan keutamaan kepada Abu Fadhl di dunia ini adalah bahwa beliau memiliki makam tersendiri, di tepi sungai Furat. Sedangkan sahabat-sahabat imam Husain yang lain dikuburkan bersama-sama dalam satu kuburan. Beliau memiliki haram tersendiri, dan tentu ziarah tersendiri.
Malam ke-10 (malam Asyura) (23/11)
Pada malam Asyura, majlis aza’ difokuskan di mushalla al-Husaini Candi Banjaran. Pada acara yang dipanitiai oleh para pemuda mushalla al-Husaini ini, pembicara yakni Sayyid Husain Musawa membawakan ceramah yang membakar semangat para hadirin. Di akhir pembicaraannya, para pecinta imam Husain berdiri dan dengan suara yang menggetarkan meneriakkan, “LABBAIKA YA HUSAIN!” berulang kali. Semangat menggebu itu lantas berubah menjadi duka yang mendalam, ketika syair ratapan atas kesyahidan imam Husain dilantunkan. Derai tangis mulai bercucuran. Dalam suasana gelap para hadirin menepukkan dada tanda berduka secara bersama-sama, ketika ma’tam dilantunkan.
Setelah pelantunan ma’tam, para pecinta Ahlulbayt itu semakin tak kuasa menahan tangis ketika pembacaan maqtal. Dalam pembacaan maqtal yang hampir selama satu jam itu, isak tangis tak terelakkan lagi. Seluruh yang hadir merasakan duka mendalam ketika kisah-kisah memilukan yang menimpa keluarga Nabi saw di padang Karbala. Suasana menjadi benar-benar pilu ketika para hadirin mendengar bagaimana Syimr Dzil Jausyan melepaskan kepala imam Husain as dari tubuh mulia beliau. Tangisan wanita dan pria terdengar memilukan. Dengan harapan bahwa semoga Allah mengampuni dosa, para hadirin terus bercucuran air mata. Imam Ja’far Shadiq as diriwayatkan pernah berkata bahwa sesiapa yang yang menangisi Husain meski air mata yang keluar hanya selebar sayap lalat, maka Allah tetap akan mengampuni dosanya meski seluas laut.
Semoga duka hati ini, tangis mata ini, tepuk dada ini, suara ratapan ini, menjadi bukti kita di kiamat nanti, dan semoga Rasulullah beserta Ahlubayt mulianya sudi memberi syafaat kepada kita karena kehadiran kita di majlis aza’ imam Husain ‘alaihis salam.
Farazdaq Khaza'i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar