Shadow Word generated at Pimp-My-Profile.com

Kamis, 06 Desember 2012

Peringatan Asyura 1434 H.



Mushalla kecil di desa Guyangan yang bernama al-Muttaqin itu terlihat ramai. Hari itu, minggu (26/11), para pecinta imam Husain di sekitar Jepara berkumpul di sana dan mengadakan majlis aza’ untuk mengenang peristiwa Asyura yang penuh duka itu.
Acara yang dimulai sekitar pukul setengah dua itu berlangsung khidmat dan penuh semangat. Dalam acara itu, pada hadirin mengambil hikmah asyura dari pembicaraan ustadz Muhammad Ali. Beliau dalam ceramahnya mengupas pertanyaan yang sering dilontarkan orang-orang yang tak menyukai majlis aza’ imam Husain, yakni “kenapa hari kesyahidan imam Husain lebih diperhatikan dibanding imam-imam lain atau bahkan Rasulullah saw?”
                Ustadz Muhammad Ali menjelaskan bahwa menurut sayyid Kamal Haidari, ada banyak jawaban untuk menjawab sangkaan ini. Namun sebenarnya, kita tidak melebihkan imam Husain dibanding Nabi. Nabi saw tentu lebih mulia dari imam Husain. Hanya saja, Rasululullah saw sendiri yang menyuruh kita untuk menghormati imam Husain as.
                Di sisi lain, Rasulullah saw bahkan orang pertama yang mengisi imam Husain as. Kitab-kitab sunni dan syiah telah mencatat riwayat semacam ini. Dalam al-Qur’an Allah berfirman, “Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 3:31). Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk mengikuti Nabi Muhammad saw. Rasulullah menangisi kesyahidan imam Husain, maka salahkan kita menangisi imam Husain bersama Rasulullah saw?
                Di akhir pembicaraannya, ustadz Muhammad Ali menekankan bahwa selain untuk menyampaikan bela sungkawa kepada Rasulullah dan Ahlulbayt as, menghadiri majlis aza’ juga bertujuan untuk memperbarui janji kita kepada imam Mahdi afs. Bahwa kita akan bersama beliau afs dakam melanjutkan misi imam Husain as, yaitu menumpas kezaliman dan menegakkan keadilan. Ustadz Muhammad Ali menutup pembicaraannya dengan mengutip perkataan sayyid Hasan Nashrallah bahwa, “tidak ada yang bisa menghalangi kita menuju majlis aza’!”
                Selepas mendengarkan ceramah, para tamu undangan dibawa kembali ke Karbala dengan pembacaan maqtal oleh bapak Bunari. Tak ayal, tangis pun pecah. Mendengar kisah memilukan di hari asyura’ sanggup mencairkan hati siapapun. Setelah pembacaan maqtal acara dilanjutkan dengan pelantunan ma’tam. Dengan semangat, santri pondok pesantren Darut-taqrib melantunkan beberapa ma’tam gubahan mereka sendiri. Acara akhirnya ditutup dengan pembacaan ziarah asyura yang dipimpin oleh ustadz Mukhlisin.
                Semoga sedikit usaha dalam membuktikan cinta kepada imam Husain ini diridhoi Allah swt, amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar