Wawancara dengan Ayatullah Misbah Yazdi Hf
Rahbar |
Partû: Akhir-akhir ini di beberapa website terliput ihwal kegandrungan Anda terhadap konsep wilâyatul faqih masa Imam Ayatullah Ali Khomenei. Kami senang dan ingin mendengar langsung dari lisan Anda sendiri.
Ayatullah Misbah Yazdi: Beberapa waktu lalu, ada seorang figur dalam bidang filsafat khususnya pada pembahasan burhan shiddiqien, bertanya: Bagaimana bisa disatukan antara sikap ke-khudhu'an (merendahkan diri) Anda di depan Rahbar dengan tauhid? Saya jawab: memuliakan Rahbar sama seperti memuliakan Imam Zaman (Aj) dan memuliakan Imam Zaman merupakan inti dari ajaran tauhid dan barangsiapa yang lalai dari memulikan Imam Zaman (Aj), maka tauhidnya dianggap pincang dan kurang.
Partû: Imam Ruhullah Khomeini Ra adalah seorang manusia besar dan memiliki banyak kemampuan. Kalau boleh Anda ungkapkan satu kalimat yang bisa mewakili seluruh kekhususan Imam Khomeini Ra.
Ayatullah Misbah: Saya tidak mampu, tapi saya tidak mengatakan tidak bisa, sampai di akhir pun kita tak akan bisa mengenal Imam Ruhullah Khomeini. Imam Ruhullah dengan segala keagungan dirinya hanyalah merupakan debu yang menempel di telapak kaki para Imam Maksum As. Di era Imam Khomeini hidup, ada salah seorang sahabat, yang pernah berziarah ke Makkah dalam rangka menunaikan ibadah haji, menukilkan sebuah kisah bahwa suatu ketika saya sedang berada dalam Masjidil Haram dan di samping saya duduk seorang dosen universitas dari Mesir. Kami berbincang-bincang dengan dosen tersebut. Dosen tersebut, sembari menampakkah kekagumannya kepada Imam Ruhullah sang revolusioner Islam Iran, juga mengungkapkan bahwa saya tidak pernah mengenal seseorang yang memiliki keagungan seperti Ruhullah Khomeini, akan tetapi Ruhullah Khomeini di setiap pembicaraannya selalu mengungkapkan kata-kata ruhii liturabi maqdamihi al fidaa: ruhku kupersembahkan untuknya. Siapa orang tersebut yang Imam Ruhullah Khomeini rela mengorbankan ruhnya? Sahabat kita pun menjelaskan kepada dosen tersebut bahwa yang dimaksud Imam Ruhullah Khomeini tidak lain adalah Imam Zaman (Aj) yang juga ada dalam kitab-kitab referensi Anda. Setelah perbincangan tersebut selesai, dosen tersebut pun mengadakan penelitian tentang tema tersebut dan kemudian dia tertarik dan menjadi pengikut mazhab Syi'ah.
Partû: Menurut Anda adanya penempatan posisi dan kedudukan semacam ini adalah anugerah langsung dari Tuhan ataukah maqam dan posisi ini dicapai oleh Imam Ruhullah dengan usahanya sendiri?
Ayatullah Misbah: Dengan satu makna bahwa semua itu adalah anugerah Ilahi, akan tetapi nuansa kelayakan itu pun harus ada dan dipersiapkan; Waidzibtala ibrahima rabbuhu bi kalimaatin fa atamma hunna qaala innii ja'iluka linnaasi imâman ; ketika Nabi Ibrahim as ditimpa berbagai macam ujian dan cobaan dan sampai pada puncak dimana beliau layak memperoleh makam imamah, maka Allah Swt menganugerahkan kepada beliau maqam tersebut. Tentunya Imam Ruhullah pun telah mencapai keparipurnaan ini.
Partû: Ketika Sayid Ali Khamene’i diangkat menjadi pemimpin Revolusi Islam (rahbar dalam bahasa Persia), dua tiga tahun kemudian kami sempat bertemu dengan Anda, Anda waktu itu pernah berkata: Beliau (Rahbar), pada saat diangkat menjadi Pemimpin Revolusi Islam, memperoleh sebuah keparipurnaan baru dan saya melihat seakan-akan ruh Imam Ruhullah Khomeini menyatu dengan diri beliau ( Rahbar ).
Ayatullah Misbah: Benar! Saya merasakan adanya kondisi seperti ini pada diri beliau (Rahbar). Sejak dulu pun saya telah sangat mengagumi beliau, namun keparipurnaan semacam ini belum nampak pada diri Rahbar – sungguh saya tidak percaya setelah Imam Ruhullah beliau mampu melanjutkan estapet kepemimpinan ini. Di akhir-akhir hayat Imam Ruhullah terkadang muncul dalam benak saya kalau Imam Ruhullah tidak lagi ada di tengah-tengah kita, maka apa yang akan terjadi? Demikian sedihnya sehingga pikiran saya pun sudah tidak karuan lagi, kelak apa yang terjadi kalau Imam Ruhullah berpulang ke pangkuan Ilahi? Akan tetapi, pada hari dimana Majlis Khubregan (Dewan Ahli yang anggotanya terdiri dari para mujtahid) menetapkan dan mengumumkan akan kepemimpinan Sayyid Ali Khomenei sebagai pemimpin tertinggi Revolusi Islam, saya pun menjadi tenang dan merasa lega. Dan alhamdulillah secara praktis kepemimpinan beliau pun telah terbukti.
Partû: Dengan melihat hubungan anda dengan Rahbar sejak dulu hingga saat ini, tolong jelaskan pada kami kekhususan-kekhususan yang beliau miliki?
Ayatullah M T Misbah Yazdi |
Ayatullah Misbah: Amalan, ibadah beliau, sikap-sikap politik beliau yang pasti, kelapangan dada beliau, dan kesabaran beliau yang begitu menakjubkan. Coba Anda bandingkan ini semua dengan kekhususan-kekhususan yang dimiliki oleh rekan dan orang-orang yang ada di sekitar beliau, betapa sangat berbeda. Seorang yang memiliki kesibukan luar biasa masih sempat datang menziarahi Masjid Jamkaran sekali sebulan untuk beribadah dan tentunya ibadah beliau berbeda jauh dengan ibadah kita ini. Suatu waktu beliau pernah bercerita: Setiap malam menjelang tidur saya menyempatkan diri untuk membaca surat al-Fatihah dan dihadiahkan untuk Allamah Thabathabai dan saudaranya. Sungguh umur beliau penuh berkah! Sungguh beliau mendapat taufik dari Allah Swt yang luar biasa dengan segala kesibukan mengurus umat dan dunia Islam ini! Akhir-akhir ini saya pun mendengar kalau beliau sedang mendata sejumlah makam keturunan Imam Maksum yang ada di kota Qom dan Markazi untuk diziarahinya. Sikap politik yang diambil beliau adalah sangat pasti dan istiqamah dan ini bukanlah pekerjaan biasa, dimana menurut saya dan Anda sangat mudah untuk diucapkan. Di sisi lain keluasan hati dan kelapangdadaan beliau dalam mengatur dan memenej negara dan kesabaran beliau menghadapi orang-orang yang berbeda-beda tipe dan karakter merupakan hal yang sangat penting. Sungguh ini semua merupakan anugerah Ilahi. Seorang manusia biasa dengan segala kemampuannya tidak akan mungkin bisa mengatur Negara sedemikian rupa. Tentunya Allah Swt tidak akan salah dalam memilih orang. Orang tersebut harus memiliki potensi dan kapasitas yang diperlukan.
Partû: Menurut Anda peristiwa apa yang paling penting yang terjadi dalam hidup beliau sehingga kelayakan ini patut beliau terima?
Ayatullah Misbah: Menurut saya salah satu hal yang menjadikan beliau itu layak memperoleh ini semua adalah sikap rela berkorban beliau yang dipersembahkan kepada ayahnya. Ketika itu setiap orang berkeyakinan bahwa kalau seseorang hendak sukses dalam menempuh keruhanian dan pelajaran Hauzah, maka harus pergi dan belajar di kota Najaf- Irak atau kota Qom-Iran. Beliau datang ke Qom dan tempat beliau pun sudah terbuka serta sangat menjadi perhatian oleh banyak kalangan terutama oleh almarhum Ayatullah Haji Syaikh Murtadha Hairi Yazdi (pendiri Hauzah Ilmiah Qom), dikarenakan ayahnya sakit, maka beliau pun meninggalkan kota Qom dan berangkat ke Masyhad. Padahal ayahnya memiliki beberapa anak laki-laki lain, namun ada kecenderungan khusus padanya dan beliau pun menanggalkan keinginannya untuk tinggal di Qom demi keridhaan ayahnya dan Allah SWT pun melimpahkan pahala rahmat kepadanya.
Partû: Dengan adanya kunjungan Rahbar ke kota kelahiran Anda, Yazd (akhir-akhir ini), wejangan apa yang Anda sampaikan untuk masyarakat kota Yazd.
Ayatullah Misbah: Masyarakat Yazd lebih tahu apa kewajiban mereka dan tidak perlu ada wejangan dan pesan-pesan dari saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar