Oleh: Ustadz Muhammad Ali
Sudah menjadi tradisi di
berbagai belahan dunia, ketika memasuki bulan Rabiul Awal seluruh kaum
muslimin menyambut bulan mulia ini dengan kebahagian. Karena pada bulan
yang juga terkenal di nusantara dengan bulan Maulud ini, lahirlah
manusia kekasih Allah Swt, Muhammad al-Musthofa. Kelahirannya merupakan
kegembiraan bagi penghuni langit dan bumi.
Hal itu
terekam dalam jejak sejarah, terukir indah di hati para pecintanya, dari
umat terdahulu hingga sekarang. Misalnya syair-syair indah dalam kitab
Barzanji, karya seorang sufi bernama Syaikh Ja'far bin Husin bin Abdul
Karim bin Muhammad al-Barzanji. Maulid Diba` karangan seorang ulama
besar dan ahli hadis yaitu Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin
Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Diba`i al-Syaibani
al-Yamani al-Zabidi al-Syafi`i. Maupun kitab maulid Simtudduror karangan
Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, ataupun kitab-kitab lainnya.
Itulah bukti cinta para pengarangnya dan menjadi warisan yang tak ternilai bagi generasi berikutnya.
Setiap malam di bulan Maulid, mulai di surau di pelosok desa nan
sederhana hingga di masjid megah di kota, dilantunkan syair-syair
kerinduan, irama syahdu kecintaan, kemuliaan kelahiran, dan keagungan
kepribadian Rasulullah. Menerangi penduduk langit, memenuhi ruang rindu
hati pecintanya di bumi. Semua larut dalam bahagia, semua hanyut dalam
cinta. Inilah bulan Maulid, bulan cinta Muhammad.
Cinta kepada Rasulullah Saw merupakan sebuah kemestian dalam hidup, dan
menjadi ciri seorang mukmin. Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda,
bahwa bukanlah seorang mukmin hingga Nabi lebih dicintai daripada
dirinya sendiri...".
Dalam hadis lain disebutkan,
Rasulullah pun menyebutkan bahwa kecintaan kepadanya merupakan syarat
cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah Swt tidak akan bisa bila tiada
cinta kepada kekasih-Nya, yakni Rasulullah Muhammad Saw.
Bahkan cinta kepada Rasulullah, merupakan salah satu pendidikan wajib
orang tua kepada anak-anaknya. Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:
"Didiklah anak-anak kalian dengan tiga hal; cinta kepada nabi kalian,
cinta kepada Ahlul Bait nabi kalian dan ajarilah membaca al-Quran."
Akan tetapi cinta kepada beliau tentunya bukan hanya sekedar pemanis
bibir belaka, sebab cinta sebenarnya adalah cerminan jiwa, kristalisasi
hati yang harus nyata dalam perilaku keseharian.
Cinta
kepada Rasulullah tidak cukup hanya dengan membaca syair-syair
kerinduan yang diciptakan para ulama terdahulu. Dengan hanya menghadiri
majlis-majlis maulud bukan berarti telah terjawab cinta sebenarnya
kepada Rasulullah! Karena cinta selalu memiliki ciri-ciri, dan Imam Ali
as dalam sebuah hadis mengatakan: "Apabila seseorang mencintai suatu
hal, maka ia akan selalu mengingatnya."
Rasulullah
adalah pribadi agung dan mulia, semua perilakunya adalah teladan bagi
umat manusia. Allah Swt pun memujinya dalam al-Quran, sebuah pujian yang
tidak dimiliki selain nabi Islam ini. Maka cinta sejati kepada
Rasulullah harus terefleksi dalam diri setiap Muslim, sehingga keagungan
pribadi Nabi terbias nyata dalam perilaku umat pecintanya.
Dewasa ini, boleh dikatakan umat Islam telah jauh dari nabinya sendiri.
Sebab jauhnya akhlak umat Islam dari akhlak nabinya. Misalnya, ketika
menghadapi perbedaan atau perselisihan meskipun dengan sesama muslim
sendiri, lebih cenderung mengedepankan kekerasan dan kontak fisik,
mengesampingkan dialog dan toleransi. Kekerasan telah menjadi opsi dan
masing-masing merasa paling Muslim serta memilih anarkisme sebagai
solusi perbedaan. Pemikiran semacam ini hanya akan menghancurkan
nilai-nilai Islam dan semakin menjauhkan umat dari kecintaan kepada
Muhammad.
Seperti kasus sektarian di sampang antara
Sunni dan Syiah, kalau jalan cinta kepada Rasulullah sebagai
penyelesaian tentu tidak akan menimbulkan kerugian seperti yang terjadi.
Kerugian sebenarnya adalah ketika umat terpecah dan raibnya kasih
sayang serta pemanfaatan musuh dari kondisi tersebut dan memancing di
air keruh.
Upaya musuh Islam sebenarnya adalah
menjauhkan umat ini dari nabinya sendiri. Maka diciptakanlah
pemikiran-pemikiran yang jauh dari Islam, sehingga melupakan ajaran
agung dan akhlak mulia sang nabi.
Dalam Surat al-Fath
ayat 59, Allah Swt berfirman: "Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi mengasihi sesama."
Namun kini kondisinya
justru terbalik, sesama Muslim bermusuhan dan tidak ada kasih sayang.
Bermesraan dengan musuh dan bekerjasama dengan mereka untuk
menghancurkan saudara sendiri. Sikap ini otomatis menghancurkan umat dan
tidak mencerminkan ciri sebagai Muslim, sebagai pecinta nabi Muhammad.
Bulan maulud, merupakan saat yang tepat kaum Muslim untuk bersama-sama
memperingati kelahiran keagungan Nabi Muhammad Saw, dan memupuk kembali
cinta dan kebersamaan. Ketika mahalul qiyam dalam pembacaan syair "Marhaban ya nurul `ain, marhaban ya Jaddal Husain..."
saatnya umat Islam mengenyampingkan perbedaan dan bergandengan tangan.
Maulud adalah bulan cinta Muhammad, bulan cinta dan persatuan. Maulud
adalah milik umat Islam, dan Muhammad merupakan teladan umat Islam.
Sayyid Ali Khamenei, pada peringatan tahun baru kalender Persia tahun
1385 HS, beliau mencanangkan tahun itu sebagai "Tahun Nabi Yang Agung."
Muhammad Rey Syahri dalam pengantar bukunya yang berjudul Nabi al-Rahmah min Mizhar al-Quran wa Ahlul Bait, mengulas sedikit tentang makna pesan Rahbar ini.
Menurutnya, itu adalah kesempatan dan momen yang sangat strategis untuk
memperkenalkan manusia paripurna, Nabi besar kita Muhammad saw kepada
dunia Islam khususnya dan ke seluruh penjuru dunia pada umumnya.
Pengarang The Elixir of Love ini menambahkan bahwa untuk menghadapi
konspirasi dan perang budaya, kita harus bisa menggunakan kesempatan
yang bernilai ini untuk memperkenalkan berbagai dimensi dari kepribadian
Rasulullah Saw secara benar.
Berikut kutipan dari pesan pemimpin Islam yang mesti kita cermati dan amalkan, yang diambil dari situs leader.ir :
"Saat ini, kenangan dan nama Rasulullah Saw lebih hidup dan ini
merupakan salah satu hikmah dan kemurahan dari Allah Swt. Dewasa ini
umat Islam dan bangsa kita lebih memerlukan bimbingan Nabi, petunjuk,
peringatan dan ancaman yang beliau bawa, pesan, spriritualitas, dan
kasih sayang yang diajarkan beliau kepada umat manusia. Saat ini ajaran
yang dibawa Rasulullah SAW kepada umatnya dan kepada seluruh umat
manusia, adalah ajaran untuk menjadi pintar dan kuat, ajaran akhlak dan
kemuliaan, ajaran kasih sayang, jihad, keagungan, dan ajaran resistensi.
Maka pasti nama untuk tahun ini adalah tahun Nabi yang agung. Di bawah
naungan nama penuh kenangan ini, bangsa Iran harus menelaah kembali
ajaran Rasulullah Saw dan mengubahnya menjadi pelajaran hidup dan agenda
keseharian. Bangsa kita bangga menjadi murid agama Nabi dan pelajaran
bimbingan Rasulullah Saw. Bangsa kita telah menegakkan panji Islam di
antara umat Islam dengan ketegaran dan kekuatan, sabar atas segala
kesulitan, dan telah menggapai kesuksesan dalam partisipasi di kancah
penuh kemuliaan dan kebanggaan ini, serta berkat pertolongan Allah swt,
bangsa Iran akan menggapai keberhasilan yang lebih banyak lagi.
Pelajaran akhlak, kemuliaan, pencarian ilmu, rahmat, keagungan,
persatuan dan pelajaran kehidupan yang diajarkan Nabi Saw kepada kita,
harus kita terapkan dalam program hidup kita sehari-hari. Hari ini,
muncul sebuah pemerintahan yang penuh dengan tekad pengabdian yang
berada di tengah-tengah medan bersama dengan masyarakat yang siap untuk
bekerja dan memiliki harapan yang meluap-luap, serta bersama dengan para
pemuda yang bersemangat dan berbakat. Ini merupakan harapan besar bagi
masa depan negara dan bangsa kita".
Sumber : irib
Life is gold
6 tahun yang lalu
Ya Nabi Salam Alaika....
BalasHapusYa Rasul, salam alaika.....
Allahuma shalli ala muhammad wa ali muhammad
BalasHapusAllahumma Shalli ala Muhammad wa ali Muhammad wa 'ajjil faraja Maulana Shahibi zaman waj'alna min ansharihi wa a'wanihi...
Hapus