I5 Sya'ban |
Ketika
masih berada di Roma, ibunda Al-mahdi telah menyaksikan berbagai mimpi yang
aneh. Pada suatu saat ia bermimpi melihat Nabi Muhammad saww dan Isa al-masih
menikahkannya dengan imam Hasan al-askari. Dalam mimpinya yang lain ia bermimpi
bahwa ia masuk islam karena ajakan Sayyidah Fathimah as. Akan tetapi, akan
tetapi ia menyembunyikan keislamannya hingga terjadi perang antara kaum
muslimin dengan penduduk Romawi yang dipimpin langsung oleh kaisar Romawi.
Dalam mimpinya ia disuruh
bersembunyi bersama para budak dan pembantu serta berjalan bersama sekelompok
pasukan menuju perbatasan. Ibunda Al-mahdi ini melaksanakan apa yang ia lihat
dalam mimpinya. Ketika sampai di perbatasan, mereka ditawan oleh mata-mata kaum
muslimin. Selanjutnya para tawanan itu dibawa ke Baghdad. Di Baghdad ibunda Al-mahdi ini
menjadi budak yang kemudian dibeli oleh imam Ali al-hadi as (kakek imam Mahdi
as) di Samarra’. Ketika itu imam memberitahu bahwa dirinya (Nargis) akan
menjadi istri imam ke-11(imam Hasan al-askari as) dan ibu bagi seorang putra
yang akan menguasai dunia dan memenuhinya dengan keadilan. Kemudian ibunda
Al-mahdi ini diajari hukum-hukum islam oleh Hakimah (saudara imam Ali al-hadi
as) kemudian dinikahkan dengan imam Hasan al-askari. (Al-bihar, juz 51, hlm
6-11; syaikh thusi, al-ghaibah, hlm 124-128 dan syaikh saduq, kamaluddin, juz
2, hlm 90-96)
Kebiasaan
Hakimah tiap kali berkunjung ke Imam Hasan al-askari adalah berdoa agar Allah
segera menganugerahinya seorang putra. Ia berkata, “aku mengunjunginya dan aku
selalu berdoa seperti yang kuucapkan dalam doa”. Imam berkata “wahai bibi,
sungguh apa yang kamu minta kepada Allah agar Allah menganugerahiku seorang
putra, malam ini akan lahir”(Al-bihar, juz 51, hlm 25)
Hakimah
berkata, “suatu hari aku duduk dirumah imam Hasan al-askari hingga matahari
mulai tenggelam. Ketika aku akan pergi imam berkata ‘hai bibi, bermalamlah di rumahku,
akan lahir malam ini seorang bayi yang karenanya Allah akan menghidupkan bumi
ini setelah kematiannya’. Hakimah melanjutkan ‘lalu aku pergi menuju Nargis,
aku balik ia dalam keadaan terlentang dan aku tidak melihat tanda-tanda
kehamilan padanya’. Aku kembali pada imam dan kuceritakan apa yang telah
kulakukan. Beliau tersenyum dan berkata ‘apabila fajar tiba, akan tampak bagimu
tanda-tanda kehamilannya, sebab sama seperti ibunya Musa as yang tanda-tanda
kehamilannya tidak diketahui oleh seorangpun hingga datang waktu melahirkan…
Dan bayi ini menyerupai Musa as (yang akan melipat kerajaan firaun)’ ”
Hakimah
berkata, “aku terus mengawasinya hingga fajar. Sementara Nargis tidur di hadapanku
dengan nyenyak dan tidak bergerak sama sekali, hingga waktu fajar tiba ia duduk
ketakutan. Imam al-askari berteriak ‘bacakan untuknya surat al-qadr’, aku membacakannya dan Nargis
berkata ‘apa yang diberitahukan kepadamu kini telah nampak’. Lalu aku
membacakan surat
tersebut, ternyata janin dalam perut itu menjawabku dan ikut membaca apa yang
kubaca, serta memberi salam kepadaku. Aku takut dengan apa yang aku dengar. Lalu
imam Al-askari as berteriak kepadaku ‘jangan heran dengan ketentuan Allah,
sesungguhnya Allah-lah yang membuat kami berbicara dengan penuh hikmah di masa
kecil dan menjadikan kami sebagai hujah-Nya saat kami dewasa.’
Belum
selesai imam berbicara kepadaku, tiba-tiba Nargis hilang dari pandanganku,
seakan antara aku dan ia tertutup hijab. Aku kembali kepada imam sambil
berteriak. Imam berkata ‘kembalilah wahai bibi, kamu akan menemukannya berada
di tempatnya’. Lalu aku kembali dan tak seberapa lama terbukalah hijab tersebut
yang sangat bercahaya. Aku saksikan seorang bayi dalam keadaan bersujud, rukuk
dengan kedua kakinya, mengangkat jari telunjuknya ke langit sambil berucap ‘aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa kakekku adalah utusan Allah dan ayahku adalah Amirul
mukminin’ kemudian bayi itu menyebut nama-nama imam satu demi satu hingga
namanya sendiri. Lalu bayi itu berdoa ‘ya Allah, laksanakanlah janjiku untukku,
sempurnakanlah urusanku untukku, kuatkanlah kakiku dan penuhilah bumi ini
dengan keadilan dan kebenaran karena aku’ ”. ( Al-bihar, juz 51, hlm 12-14
dan syaikh Saduq, hlm 100-102). Diambil dari buku sejarah 14 maksum jilid 3
karya Lajnah At-tahrir dengan sedikit perubahan kata. “ACTION IS BETTER THAN WORDS”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar