'Aliyyun Imamiy |
Hanya Ali bin abi thalib kwh yang pantas menggantikan Rasulullah saww dalam memimpin umat islam ke jalan yang diridhoi Allah ‘azza wa jalla setelah wafatnya Rasulullah saww. Kata siapa? Dan kalau seandainya pernyataan d iatas benar kenapa hanya Ali bin Abi Thalib?
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas maka alangkah baiknya kalau
kita sedikit menelaah mukaddimah yang akan dipaparkan di bawah ini agar
menambah pengetahuan kita yang nantinya akan kita gunakan pengetahuan
ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Insya Allah.
MUKADDIMAH
1. Siapakah
yang lebih cakap dalam menunjuk khalifah/imam? Apakah Allah swt yang
maha segala-galanya atau kaum muslimin? Dengan kata lain kepemimpinan
dalam islam bersifat teokrasi(kerajaan Tuhan di muka bumi) atau bersifat
demokrasi(pemerintahan yang dipilih oleh masyarakat)?
Menurut
sebagian muslim Nabi saww yang semua ucapannya adalah wahyu (Q.S
An-najm: 3-4) tidak menentukan penggantinya sehingga diangkatlah Abu
Bakar melalui musyawarah yang dihadiri oleh segelintir orang saja.
Artinya
menurut mereka kepemimpinan dalam islam bukan bersifat teokratis tapi
lebih bersifat demoktaris. Atau dengan kata lain manusialah yang berhak
memilih pemimpinnya daripada Tuhan. Benarkah ini?
Namun
yang menjadi masalah ialah kita (manusia) tidak dapat memilih seorang
Nabi begitu juga kita tidak bisa memilih wakilnya. Kenapa ? karena
Allah-lah yang lebih tahu siapa yang lebih tepat untuk kedudukan ini.
Akan tampak aneh jika seorang wakil ditunjuk oleh orang lain bukan oleh
dirinya(pemimpin itu sendiri). Wakil Allah atau wakil Rasul hanya
ditunjuk oleh Allah atau Rasul dan ini bukan urusan manusia. Hal ini
dapat dilihat dalam Al-Quran surat Shad ayat 26 yang berbunyi “Hai Daud, kami telah menjadikanmu penguasa (penerus) dimuka bumi ini”
Dan juga ayat yang berbunyi “kami telah menjadikanmu (Ibrahim) penguasa (pemimpin) bagi manusia” (Q.S Al-Baqarah : 124).
Kedua
ayat di atas dengan gamblang menyatakan bahwa kepemimpinan di bumi
bersifat teokratis bukan demokratis. Hal ini ditegaskan kembali dalam
kisah nabi Musa as, yaitu ketika Musa as berkata “Ya Allah,
tunjukkanlah bagiku seorang wakil bagiku (yaitu) Harun saudaraku...”
Allah bersabda “Kami perkenankan permohonanmu hai Musa (Q.S Thaha ayat 29-36).
Permintaan
ini diminta nabi Musa as ketika hendak pergi ke miqaat, dan ternyata
nabi Musa as tidak menyuruh umatnya untuk menentukan wakilnya ketika dia
tidak ada.
Berkaitan dengan hal ini nabi Muhammad saww pernah bersabda :
“kedudukanmu (Ali) bagiku bagaikan kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada lagi rasul setelahku”[1]
Disini
Nabi saww ingin menyatakan bahwa kalau Harun as ditunjuk Musa as
sebagai penggantinya, maka Nabi saww menunjuk Ali kwh sebagai
penggantinya untuk menjaga islam ini.
Jelaslah,
Allah yang menunjuk pengganti nabi melalui nabi itu sendiri karena
seperti yang telah disinggung nabi tidak melakukan sesuatu kecuali
wahyu(Q.S An-Najm 3-4). Dengan kata lain hanya teokrasi-lah yang pantas
digunakan dalam islam. Karena nabi Musa as dan rasulullah saww (serta
nabi-nabi yang lainnya) tidak memperkenankan umatnya untuk memilih
penggantinya, mereka (para nabi) lebih memilih Allah yang memutuskan.
Mereka tahu hanya Allah –lah yang paling cakap memilih wakil seorang
nabi dan mereka juga tahu manusia mempunyai keterbatasan dalam segala
hal termasuk menentukan seorang washi (penerus) nabi. Wallahu A’lam.
Dari mukaddimah pertama ini dapat diambil kesimpulan bahwa hanya
Allah-lah yang berhak menentukan siapa pengganti nabi. Lantas kapan Ali
kwh ditunjuk oleh Allah secara resmi?
2. Sebagaimana
yang diketahui tanggal 18 dzulhijjah tahun 10 hijriah atau bertepatan
dengan tanggal 21 maret 632 masehi adalah hari yang sangat besar dan
penting dalam sejarah perkembangan islam. Ya, hari itu adalah hari
pengangkatan imam Ali bin abi thalib kwh sebagai pemimpin orang-orang
mukmin setelah Rasulullah saww tiada. Hari ini biasa disebut Idul
Ghadir, karena pengangkatan ini dilakukan di Ghadir Khum(daerah yang
terletak di sebelah utara kota Makkah).
Hal
ini tidak termaktub dalam kitab-kitab sejarah dan hadits syi’ah saja
akan tetapi peristiwa ini juga diriwayatkan oleh para ulama-ulama sunni.
Hadits tentang pengangkatan imam ali as di Ghadir Khum kurang lebih sebagai berikut
Rasulullah saww bersabda:
“ Barangsiapa yang menjadikanku sebagai ‘maula’nya, maka inilah Ali sebagai ‘maula’nya juga”
Hadits ini banyak diriwayatkan oleh ulama-ulama sunni seperti:
1. Jalaluddin As-sayuthi dalam Al-Durr Al-Mantsur
2. At-thabari dalam tafsirnya Al-kabir
3. Ibnu katsir Al-dimasyqi dalam tarikhnya
4. Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya juz 4 hal. 281 dan 371
5. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Minhaj Al-sunnah
Dan masih banyak lagi ulama-ulama sunni yang meriwayatkan hadits ini[2].
Maka, hadits ini terlalu gamblang untuk disangkal, terlalu terang untuk
ditutupi dan sangat jelas untuk diyakini kebenarannya baik menurut
syi’ah maupun sunni. Karena ke-2 madzhab ini sama-sama meriwayatkan
hadits ini.
Hadits
ini mencapai derajat mutawatir. Pernyataan ini sesuai dengan
pernyataan Ibnu Hajar (seorang ulama sunni yang terkenal) yang berbunyi :
“Sesungguhnya
itu adalah hadits shahih yang tidak terbantahkan lagi, karena banyak
yang meriwayatkannya seperti: Nisa’i Turmudzi dan Ahmad bin Hambal”. [3]
Maka kalau ada yang menentang kebenaran hadits ini, maka sungguh dia telah mengingkari ulama-ulama besarnya sendiri!
Akan tetapi kenyatannnya masih ada saja orang yang mencoba menutup-nutupi kebenaran yang gamblang ini dengan isykal-isykal
yang menggelikan, seperti penggunaan kata ‘maula’ dalam hadits ini
bukan sebagai ‘pemimpin’ akan tetapi hanya sebagai ‘sahabat’ dll.
Baiklah kami akan menjawab isykal ini secara global dengan menggunakan dalil akal dimana dalil ini dapat diterima oleh semua manusia.
Jawaban dari isykal tentang penggunaan kata maula
Kalau memang benar kata maula berarti sahabat, maka di sini Rasulullah saww melakukan (na’udzubillah) sebuah
kesia-siaan. Karena bagaimana mungkin Rasulullah saww mengumpulkan
seluruh muslimin baik yang sudah berada jauh di depan maupun yang masih
tertinggal di belakang di sebuah daerah tandus hanya untuk mengatakan
Ali adalah ‘sahabat’ orang-orang mukmin?!
Bukankah semua yang hadir disitu tahu bahwa Ali adalah sahabat Nabi?!
Buat
apa para sahabat terkemuka seperti Abu Bakar Umar dll memberikan
selamat atas diangkatnya Ali sebagai ‘sahabat’ Nabi saww (sebagaimana
yang terdapat dalam kitab-kitab sejarah)?!
Ini adalah hal yang sangat menggelikan yang tak dapat diterima akal sehat manapun!
Kesimpulannya
ialah sangat mustahil Rasulullah saww dengan segala kemuliannya
mengangkat ‘Ali as hanya sebagai sahabatnya, melainkan pada saat itu
Rasulullah saww mengangkat Ali as sebagai ‘pengganti’nya dan ‘pemimpin’
kaum muslimin. Sebagaimana dengan penafsiran makna maula yang sebenarnya.
Dari
mukaddimah kedua ini dapat dipetik sebuah intisari yaitu Imam Ali as
lah yang berhak menggantikan Rasulullah saww dan ini terlukis dalam
peristiwa Ghadir Khum yang telah disepakati keshahihannya oleh
ulama-ulama syiah maupun sunni.
Maka
dari dua mukaddimah ini kita sudah mampu menjawab pertanyaan di awal
pembahasan yaitu pernyataan yang berbunyi ‘kata siapa’? Jawabannya
adalah kata Allah swt dan RasulNya saww. Apakah judul pembahasan ini benar? Jawabannya ialah Iya, benar.
Namun
masih tertinggal satu pertanyaan 'Kenapa Mesti Ali bin Abi Thalib' ?
Inilah yang menjadi inti pembahasan. Untuk lebih mudah memahami
pertanyaan di atas kita harus memahami Siapa Ali sebenarnya dan
bagaimana kedudukan Ali bin Abi Thalib di sisi Allah dan Rasul-Nya ?
SIAPA ALI SEBENARNYA
Ali bin abi thalib adalah putra Abu Thalib. Beliau dilahirkan di Makkah pada tanggal 13 rajab 33 tahun sebelum hijrah[4].
Sosok Ali bin abi thalib ini sungguh tidak tertandingi oleh manusia
manapun. Inilah yang tersirat dalam hadits nabi yang berbunyi :
“Ali adalah manusia terbaik, barang siapa yang menolaknya maka ia benar-benar kafir”[5]
Ali bin abi thalib adalah pahlawan islam dalam perang Khaibar. Ini disepakati oleh semua kaum muslimin.
Ketika
itu Ali bin abi thalib tidak bisa ikut nabi berperang karena sedang
sakit mata. Maka ketika Rasulullah tidak melihat Ali bin Abi Thalib
dalam pasukannya segera saja Rasulullah bertanya kepada sahabatnya “dimanakah Ali ?” sahabat menjawab “dia sedang sakit, sehingga berhalangan hadir”
Rasulullah berkata kepada sahabatnya “panggil ia kemari”
maka Ali bin Abi Thalib pun datang, segera saja Rasulullah saww
mengobati sakit matanya dengan air liurnya yang suci. Setelah Ali bin
Abi Thalib sembuh Rasulullah memberikan bendera islam kepada Ali dan
memerintahkan Ali menaklukkan benteng Khaibar (bentengnya orang yahudi).
Tanpa perlawanan yang berarti Ali bin abi thalib mampu menaklukkan bentemg khaibar.[6]
Begitu juga, Ali bin Abi Thalib-lah yang menjadi perisai Rasul saww di perang Badr dan Uhud.
Ali bin abi thalib adalah simbol keilmuan islam. Rasulullah saww bersabda :
“Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya, barangsiapa yang menghendaki ilmu maka hendaklah ia mendatangi pintu gerbangnya”[7]
Ali
bin Abi Thalib adalah satu-satunya orang yang mendapatkan ilmu langsung
dari rasulullah sejak beliau kecil hingga Rasulullah berpisah
dengannya.
Keilmuan Ali bin abi thalib terpampang jelas dalam nahjul balaghah karya Syarif Radhi. Dalam Nahjul Balaghah tidak hanya nilai sastranya saja yang menonjol tapi juga nilai keilmuan Ali bin Abi Thalib kwh.
Sebuah contoh, Ali bin abi thalib berkata tentang keesaan Allah ‘azza wa jalla bersifat hakiki
“segala sesuatu yang disebut ‘satu’ itu sedikit kecuali satunya Allah”
Maksudnya
ialah segala sesuatu selain Allah swt adalah kesatuan bilangan yang
mungkin ada dua, tiga dst, sedangkan satunya Allah bersifat hakiki
(asli) sehingga tidak bisa mengasumsikan jumlah yang lebih banyak atau
dengan kata lain satunya Allah bukan kesatuan yang pasti mempunyai
bagian ke-1, ke-2, ke-3 dst.
Subhanallah,
ucapan ini diucapkan ribuan tahun yang lalu, dimana pada masa itu ilmu
’matematika’ belum dipelajari orang banyak. Ini menunjukkan keluasan
ilmu Ali bin abi thalib seorang ‘murid’ Rasul saww.
Alhasil, Siapakah Ali bin Abi Thalib?
1.Ali bin Abi Thalib adalah manusia terbaik setelah Rasulullah saww.
2. Ali bin Abi Thalib adalah pahlawan islam dalam setiap pertempuran.
3. Ali bin Abi Thalib adalah simbol keilmuan islam.
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan Ali bin Abi Thalib yang tidak mungkin dipaparkan semuanya di sini.
Kedudukn Ali bin Abi Thalib di Sisi Allah swt dan Rasul-Nya saww
Abal hasan |
Kedudukan Ali bin Abi thalib di sisi Rasul saww
Dalam sebuah hadits Rasulullah saww berkata :
“barang
siapa ingin mengetahui keteguhan Nuh, keluasan ilmu Adam, kesabaran
Ibrahim, kedalaman akal Musa dan ketaatan Isa lihatlah Ali bin abi
thalib”[8]
Hadits
diatas tersirat betapa mulianya Ali bin Abi Thalib. Sampai-sampai Nabi
saww mencontohkannya dengan para nabi terkemuka. Inilah pujian terindah
Nabi saww kepada Ali bin abi thalib.
Bahkan Nabi saww dengan Ali bin Abi Thalib selalu bersama sejak masih berupa cahaya. Rasulullah saww bersabda :
“Aku
dan Ali berada dalam satu cahaya empat belas ribu tahun sebelum Adam
diciptakan. Pada saat Allah menciptakan Adam cahaya tersebut ditempatkan
pada tulang sulbinya, di mana keduanya masih bersatu dalam satu cahaya,
hingga terpisah pada Abdul Muthalib maka pada diriku tertanam cahaya
kenabian dan pada diri Ali terdapat cahaya kekhalifahan”[9]
Inilah
kenapa Ali bin abi thalib begitu dekat dengan Nabi saww. Karena sebelum
diciptakan pun Nabi saww dan Ali bin Abi Thalib sudah 'bersama' dalam
satu cahaya. Hal ini selaras dengan perkataan Nabi saww kepada Ali bin
abi thalib :
“engkau adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darimu”[10]
Ada sebuah kisah yang tercatat dalam kitab Al-kifayah at-thalib bab 7 karya Allamah Al-kanji as-syafii (ulama besar sunni) melalui sanad dari Ibnu Abbas. Ia meriwayatkan : “Aku
dan Abu al-abbas sedang duduk-duduk di samping Rasulullah saww
tiba-tiba Ali bin Abi Thalib masuk dan memberi salam. Rasulullah
menjawab salamnya lalu tersenyum, berdiri dan merangkulnya. Beliau
mencium keningnya dan mendudukannya di sebelah kanannya. Al-abbas
bertanya ‘apakah engkau mencintai orang ini ya Rasulullah ?’ Rasul
menjawab ‘wahai paman Rasulullah, demi Allah, Allah lebih mencintainya
dari padaku”
Jelaslah
sudah, dari hadits-hadits yang dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa
kedudukan Ali bin abi thalib disisi Nabi saww sangatlah khusus dan
tinggi hingga Nabi mengatakan bahwa Ali as adalah bagian darinya. Tidak
ada yang lebih mulia dari diri Nabi saww begitu juga dengan Ali kwh
karena dia adalah bagian dari diri Nabi saww.
Kedudukan Ali bin abi thalib di sisi Allah swt
Allah swt berfirman dalam al-qur’an surat ali imran ayat 61 yang berbunyi :
“Maka
siapa yang membantahmu tentang masalah ini (kisah nabi Isa as) setelah
datang ilmu maka katakanlah “marilah kita memanggil anak-anak kami dan
anak-akan kalian, perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuan
kalian, diri kami dan diri kalian, kemudian marilah kita bermubahalah
kepada Allah dan kita mohon agar laknat Allah ditimpakan kepada para
pendusta”
Berkenaan
dengan ayat ini Jalaluddin Al-sayuthi (ulama besar sunni) berkata :
dalam ayat diatas, -menurut apa yang dikatakan oleh Jabir Al-anshori-
kata ‘anak-anak’ merujuk kepada Al-hasan dan Al-husain, kata
‘perempuan’ merujuk pada Fathimah, dan kata ‘diri-diri kami’ merujuk
kepada Nabi Muhammad saww dan Alin bin abi thalib as, Ali dianggap
sebagai diri Nabi.[11]
Perkataan
As-sayuthi di atas sangat jelas, bahwa Ali kwh adalah satu jiwa dengan
Nabi, maka siapa yang melawan Ali kwh maka dia telah melawan Nabi saww
dan siapa yang melawan Nabi maka dia telah melawan Allah swt.
Ibnu abbas mengatakan “telah turun 300 ayat tentang Ali bin Abi Thalib”[12]
Ini salah satu bukti betapa agungnya posisi Ali bin Abi Thalib di sisi Allah swt. Sampai-sampai Rasulullah saww bersabda : “Allah tidak menurunkan satu ayat pun yang diawali dengan kalimat ya ayyuhal-ladzina amanu.. kecuali Ali kwh sebagai pemuka dan pemimpinnya”[13]
Salah satu pujian Allah kepada Ali as adalah ayat al-qur’an yang berbunyi :
“Dan
diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
ridho Allah. Dan Allah maha penyantun kepada hamba-hamba-Nya” (Q.S Al-baqarah : 207)
Ayat
di atas sekali lagi turun untuk Ali bin Abi Thalib as. Waktu itu
Rasulullah saww menyuruh sayyidina Ali untuk tidur diranjangnya guna
menggantikan beliau yang akan berhijrah ke Madinah dan Ali kwh pun
mentaatinya maka turunlah ayat ini.
Inilah yang diyakini oleh ulama-ulama sunni seperti
· Ats-tsalabi dalam tafsirnya
· At-thabrani dalam al-jami, al-ausath dan al-kabir
· Ibnu Atsir dalam usud al-ghabah juz 4 hal.25
· Imam al-Ghazali dalam ihya al-ulum juz 3 hal 223 dll
Adakah yang berani mengatakan kalau ulama-ulama di atas salah!?
Sungguh, hanya mereka yang iri dan dengkilah yang tidak mau mengakui keutamaan-keutamaan imam Ali as.
Baiklah, mungkin pembahasan di atas sudah cukup mampu untuk menjawab pertanyaan di atas kenapa mesti Ali?
Kami tutup pembahasan ini dengan sebuah riwayat dari sunni yang berbunyi :
Dari
ibnu Abbas. Dia berkata ketika turun ayat al-qir’an “dan tahanlah
mereka di tempat perhentian, karena sesungguhnya mereka akan ditanya”
(Q.S 37:23) Nabi saww bersabda bahwa mereka akan diminta pertanggung
jawaban atas wilayah Ali bin Abi Thalib.
Adapun yang meriwayatkan riwayat di atas dari ulama sunni ialah :
- Ibnu hajar dalam kitabnya As-shawaiq almuhriqah pasal 1 bab XI
- Al-kasyafi alturmudzi dalam Manaqib Murtadhawi menukil dari Ibnu Mardawaeh dalam manaqibnya dari Ahmad bin Hambal dalam musnadnya dari Ibnu Abbas
- Al-kanji as-syafi’i dalam kitabnya kifayah at-thalib bab 68 hal 120
- Al-khawarizmi dari Abu ishaq
- Juga dari Sabt bin al-jauzi dalam tadzkirah al-khawash
Alhamdulillah, dari pembahasan ini dapat ditarik sebuah pernyataan yang sangat jelas yaitu :
HANYA ALI BIN ABI THALIB AS YANG PANTAS MENGGANTIKAN MUHAMMAD
RASULULLAH SAWW
Alamsyah K manu
[1] Referensi
sunni : Shahih Tirmidzi vol.2 hal. 298. Sunan Ibnu Majah vol. 1 hal.
12, 43. Musnad Ahmad bin hambal vol. 1 hal. 84, 118, 119, 152, 330.
[2] Kurang lebih sekitar 60 ulama sunni. Lihat buku madzhab syiah karya ayatullah Muhammad Al-musawi hal. 461-463.I
[3] Al-Shawaiq Al-muhriqah. Setelah menyatakan haditsnya pada bab 1 hal. 25 cet. Almaimuniyah mesir.
[5] Referensi sunni : Allamah Al-kanji As-syafi’I dalam kitab Kifayah At-thalib bab 62 hal. 119 cet. Al-ghur thn 1356h.
[7] Referensi sunni : At-turmudzi dalam Shohihnya juz 2 hal. 214, Ahmad bin hanbal dalam Al-manaqib wa al-musnad
[9] Referensi sunni : Ahmad bin hambal dalam Musnadnya, Ibnu al maghazili as-syafii dalam kitabnya Al-manakib hadits ke 130 dan juga riwayat2 dengan sanad yang berbeda spt. Al-dailami dengan Al-firdausnya dll
[12] Referensi sunni : Ibnu Hajar dalam kitabnya As-shawaiq hal. 76, Muhammad bin yusuf Al-kanji dalam kitabnya kifayah At-thalib bab 62
subhanallah,....
BalasHapus"Tiada pemuda seperti Ali. Tiada pedang semisal Zulfiqar" Begitu kata malaikat ketika Ali menaklukkan benteng Khaibar. Subhanallah...
HapusTapi yg diperintah menggantikan Rosul shalallahu'alaihi wasalam menjadi imam adalah Abu Bakar Radhiallahu'anhu ,... dan kaum syiah sangat marah dengan kenyataan ini
BalasHapusAda ngarang..tunjukan hadisnya
Hapus