Ahlulbayt nabi saw adalah teladan kita dalam segala hal. Apalagi dalam hal ibadah kepada Allah swt. Maka, akan sangat merugi apabila kita tidak mengambil dari mereka as ilmu maupun teladan yang pasti akan sangat berguna bagi kita dalam menyiapkan bekal kita ke akhirat kelak.
Bila kita benar-benar mencintai mereka, tentu kita akan mengikuti semua perilaku dan perkataan mereka as. Sekarang mari kita lihat bagaimana para manusia-manusia suci itu shalat. Bagaimana para kekasih-kekasih Allah mendirikan tiang agama (shalat) ?
Imam Hasan bin Ali as mengatakan “tidak ada didunia orang yang lebih banyak ibadahnya daripada Fathimah. Ia bangun malam sampai bengkak kedua kakinya” (Biharul anwar, XLIII, hal 76)
Sekarang kita perhatikan sabda-sabda suci mereka.
Nabi saww bersabda “orang yang menyepelekan shalatnya bukanlah dari golonganku. Tidak! Demi Allah, orang semacam itu tidak akan mencapai haudh, telaga yang melimpah” (Man la yahdhuruh al-faqih, jld 1, hal 206)
Perhatikan! Nabi berjanji demi Allah, hanya para penegak shalat-lah yang berhak mendapatkan telaga haudh, telaga yang dikhususkan Allah untuk para pecinta Rasulullah saw dan keluarganya yang suci.
Sekarang, kita perhatikan lagi apa manfaat dari shalat.
Imam Ja’far shadiq as berkata “bila terdapat sungai kecil dirumah seseorang diantara kalian yang dipakai untuk mandi lima kali sehari, apakah badannya akan tetap kotor? Sesungguhnya permisalan shalat adalah sama dengan permisalan sungai kecil tersebut. orang yang mendirikan shalat wajib akan menanggalkan dosa-dosanya, selain dosa yang mengeluarkan dia dari keimanan yang dia percayai” (Biharul anwar, jld 82, hal 236)
Rasulullah saww bersabda “pada setiap waktu shalat yang ditentukan, aku mendengar seorang penyeru yang menyeru ‘Wahai anak Adam, dirikanlah shalat untuk memadamkan api yang kalian nyalakan sendiri (karena dosa-dosa yang dilakukan)’ ” (Mustadrak al-wasa’il, jld 3, hal 102)
Maka, praktekkanlah sabda Nabi saww ini
“lakukan setiap shalat anda seolah-olah setiap shalat tersebut merupakan shalat terakhir anda” (Biharul anwar, jld 69, hal 208)
Artinya, kita akan bersungguh-sungguh, karena merasa itulah shalat terakhir kita, penyembahan terakhir kita. Wallahu a’lam!
Kpg, 17-09-10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar