Mukaddimah
Dunia islam tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Husain bin Ali bin Abi Thalib as. Selain dikenal sebagai cucunda nabi, beliau juga terkenal sebagai Sayyidus-syuhada (Pemimpin para syahid). Julukan yang mulia ini disematkan pada beliau karena keagungan pengorbanannya di padang tandus bernama Karbala, Irak.
Sejarah tak bisa dipungkiri, bahwa imam Husain as telah menjadikan Karbala sebagai tempat untuk mengorbankan, tak hanya raga tapi juga jiwa, demi tegaknya ajaran kakek tercinta Muhammad saww. Imam Husain as pernah berkata 'jika agama kakekku tidak akan tegak kecuali dengan terbunuhnya aku maka wahai pedang ambillah nyawaku!'
Dalam kacamata beliau, harta, jasad dan nyawa beliau tidak terlalu berarti jika dibandingkan dengan agama islam. Dalam artian, beliau as melihat bahwa kelanggengan islam lebih penting dari segala-galanya.
Mungkin, kita akan bertanya-tanya 'kenapa beliau as harus bangkit tuk berperang dan mengorbankan jiwa dan raga beliau demi islam?' 'kenapa beliau tidak menyuruh orang lain saja?' 'dan apa manfaat pengorbanan beliau tersebut?'
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, maka kami akan kemukakan beberapa alasan yang mengharuskan beliau melakukan demikian. Sebelum mengetahui alasan-alasan yang akan dijelaskan, ada beberapa hal yang harus ditekankan lagi, seperti :
1. Ada banyak alasan yang dapat dikemukakan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, namun kami hanya membatasi dengan 2 alasan, mengingat ringkasnya tulisan ini.
2. Islam yang keberadaannya akan terus berlangsung hingga kiamat tidak mungkin kehilangan seorang pemimpin yang sah. Dengan kata lain, setelah Rasulullah saww wafat harus ada 'manusia ilahi' yang menjaga islam dari gangguan-gangguan luar maupun penyakit-penyakit dalam. Kita buktikan pandangan diatas dengan dua cara.
a. Metode logika
Allah swt yang maha pemelihara dan maha pemerhati menjadikan islam sebagai agama terakhir dan menjadikan Rasulullah saww sebagai nabi terakhir alias penutup. Namun pada saat yang sama Allah swt telah menjadikan islam sebagai agama yang memiliki masa depan yang panjang. Maksudnya, islam akan terus tegak meski nabi saww wafat dan wahyu langit terputus. Maka, sudah barang tentu Allah akan menetapkan seorang pengganti nabi yang bertugas menjaga islam dari penyelewengan-penyelewengan. Ini merupakan bukti kasih sayang Allah. Bahwa Allah tidak akan membiarkan ajaran islam yang suci ini diubah oleh manusia biasa yang pasti berbuat salah. Maka, diambil kesimpulan, Allah melalui rasulNya telah menetapkan pribadi suci yang terhindar dari kesalahan (yang menyebabkan terselewengnya ajaran islam, secara sengaja maupun tidak) demi keluhuran islam, demi umat islam yang pasti butuh pada manusia sempurna yang telah dipilih Allah swt. Maka, Rasulullah selaku pemimpin pertama harus dan telah melakukan tindakan yang jitu dan mempersiapkan pemimpin kedua dan seterusnya yang beliau didik sedemikian teliti guna menempuh perjalanan baru sehingga mampu mengemban tugas secara sempurna dan selaras dengan tuntutan kondisi dan situasinya, serta meneruskan kepemimpinan nabi saww.
b. Metode nash
Telah banyak disebutkan dalam kitab-kitab umat islam riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang adanya kepemimpinan ilahi setelah Rasulullah saww wafat, diantaranya :
1. Rasul saww bersabda 'Barang siapa yang mati tanpa berbai'at (terhadap seorang imam) maka ia mati sebagai kafir' (Shahih Muslim, syarh Nawawi, vol 12, hal 240, kitab al-imarah, bab wujuh mulazimah al-jama'ah no 3441)
Hadits ini dengan sangat jelas menjelaskan, mustahil setiap zaman kosong dari seorang imam.
2. Rasul saww bersabda 'agama ini (islam) akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari Qurays, memerintah kamu' (Shahih Muslim, syarh Nawawi, vol6, hal 4, kitab al-imarah no 3398)
dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan akan adanya pribadi-pribadi suci yang telah dipilih Allah untuk memimpin umat islam.
3. Imam Husain as merupakan salah satu pribadi tersebut.
Imam Ali as ditanya tentang apakah yang dimaksud oleh Rasulullah saww dengan Ahlulbayt ketika Rasul bersabda 'ketinggalkan dua pusaka berharga diantara kalian, kitab suci Allah dan ahlulbaytku?' Imam Ali as menjawab 'yang dimaksud dengan Ahlulbayt adalah aku, Hasan, Husain dan sembilan orang dari keturunan Husain.' (Uyun akhbar ridha as, vol 1, hal 57)
Kenapa Imam Husain as harus bangkit ?
Seperti yang telah disebutkan diatas, ada dua alasan (yang akan dibahas) kenapa imam Husain as harus bangkit.
1. Imam Husain as sebagai seorang imam
Salah satu fungsi utama seorang imam ialah menjaga syariat dari pelecehan dan penyimpangan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, agar tujuan pengutusan nabi saww dapat terwujud dengan baik. (Nasyir Makarim Syirazi dalam kitabnya 'inikah keyakinan kita')
berangkat dari poin ini, maka imam Husain as selaku imam tentu akan melaksanakan tugas dan kewajiban beliau selaku seorang imam dalam hal menjaga syariat islam. Imam Husain as berkata 'sungguh, aku tidak bangkit karena kesombongan dan keangkuhan, aku (juga) bukan perusak (mufsid) atau orang dzalim, aku bangkit hanya untuk mencari perbaikan pada umat kakekku, aku ingin mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.'
Imam adalah pemimpin dalam segala hal. Dan ketika seorang imam melihat bahwa kebangkitan (reformasi) harus dilakukan maka seorang imam akan berada di garis terdepan.
Oleh karena itu, yang dilakukan imam Husain as ialah menjaga islam (sebagaimana tugasnya) dengan menolak berbai'at kepada Yazid bin Muawiyah. Imam Husain as berkata 'orang sepertiku tidak akan membaiat orang seperti Yazid' karena 'apabila umat ini dipimpin oleh orang seperti Yazid maka ucapkanlah selamat tinggal islam!'
Seperti yang kita ketahui, Yazid bin Muawiyah adalah seorang pemabuk, pezina serta gemar memelihara anjing dan kera. Sehingga mustahil imam Husain as selaku pemimpin sah umat islam akan berbai'at kepada orang yang sudah jelas-jelas melakukan pengrusakan terhadap islam. Disini jelaslah bahwa peran imam Husain as dalam menjaga islam sangat besar. Bayangkan jika umat Yazid sang pezina, mendapatkan bai'at dari imam Husain as seorang imam, apa yang akan terjadi! Tentu, Yazid akan lebih leluasa menghancurkan islam dari dalam. Seandainya imam Husain as tidak bangkit melawan Yazid maka umat islam tidak akan tahu betapa pentingnya menjaga kejayaan islam dari gangguan-gangguan musuh dalam selimut. Maka kematian adalah sebuah konsekuensi pasti yang dipilih oleh imam Husain as. Dari pada memberikan keleluasaan kepada orang-orang fasiq memimpin islam, imam Husain memilih syahid di jalanNya agar umat islam saat itu sadar bahwa mereka memiliki imam yang berjuang mati-matian demi mereka, demi keselamatan agama mereka. Imam Husain as pernah berkata 'sesungguhnya Allah ingin melihatku terbunuh' maksud beliau, karena beliau seorang imam maka beliau harus mengorbankan nyawanya demi islam.
2. Kondisi pada masa itu
Allamah Muhammad Husain Thabataba'i qs menceritakan kondisi umat islam pada masa itu sebagai berikut :
'Segera setelah merebut khalifah islam dengan segala cara dan menjadi penguasa negeri-negeri islam yang luas, Muawiyah menghimpun kekuatan besar guna memperkokoh kekuasaannya dan menumpas habis Ahlulbayt nabi saww. Penumpasan yang tidak sekedar genosida, tapi malah diusahakan sampai nama dan citra mereka tidak lagi membekas dalam ruang ingatan dan ruas lidah umat islam. Dalam rangka itu, Muawiyah merekrut sebagian sahabat nabi yang disegani dan dipercayai oleh kalangan luas umat islam dari berbagai penjuru dan diajak kerjasama; merancang hadit-hadits palsu yang menguntungkan kaum sahabat dan merugikan Ahlulbayt. Tak pelak lagi, ia pun memerintahkan supaya mimbar-mimbar di pelosok-pelosok negeri islam mencaci maki dan melaknat Ali bin abi thalib layaknya sebuah kewajiban agama. Melalui pembantu-pembantunya seperti Yazid bin Ubay, Samrah bin Jundub, Bisr bin arthah dan yang lainnya, Muawiyah tak segan-segan mengakhiri hidup para pengikut Ahlulbayt dimanapun ia temukan mereka. Demikian itu diusahakan dengan berbagai cara ; mengumbar janji, menyuap, menipu, memaksa, mengancam sebisa mungkin yang ia lakukan.
Sudah barang tentu. Masyarakat luas muslim dalam suasana dan seburuk itu sampai-sampai tidak mau menyebut nama Ali dan keluarganya. Di pihak lain, orang-orang yang menyimpan kecintaan dalam nadi dan hati sudi memutuskan segenap hubungan dengan mereka ketimbang memilih ancaman serius yang mengintai jiwa, harta dan kehormatan diri sendiri.
Kenyataan dibalik semua itu bisa dibongkar dari poin berikut ini, bahwa imamah (kepemimpinan ilahi) imam Husain as berlanjut selama kurang lebih 10 tahun. Kurun waktu yang -selain beberapa bulan terakhir- semasa dengan kekuasaan Muawiyah. Selama kurun waktu tersebut, ironisnya tidak ada satu haditspun sekaitan dengan masalah-masalah hukum fiqh islam yang pernah dinukil dan direferensikan kepada imam Husain as selaku jubir hukum-hukum dan ajaran-ajaran islam. Maksudnya, kita tidak menemukan satu hadits pun yang pernah diriwayatkan oleh masyarakat dari imam Husain as sebagai bukti kepercayaan mereka kepada beliau. Hal diatas cukup untuk mengungkapkan bahwa pintu-pintu rumah Ahlul bayt as pada masa itu sudah disegel, dan kepercayaan masyarakat kepada mereka turun sampai titik nol. Inilah kilasan kondisi pahit pada masa keimamahan imam Husain as.' Beliau (Allamah Thabataba'i) melanjutkan 'tusukan terakhir yang dilesakkan Muawiyah ke tubuh islam ialah menjungkirbalikkan khilafah islam menjadi kekuasaan dinasti diktator dan mengangkat Yazid sebagai penggantinya.' (Jurnal hukumat islam, th 5, no3. 1381 hs). Untuk memuluskan kejahatannya, Yazid meminta baiat dari imam Husain as dan meminta untuk mengakuinya sebagai khalifah rasulullah yang harus dita'ati.
Dengan kondisi sepahit dan sehancur ini, imam Husain as harus bangkit dan mengatakan tidak pada kedzaliman. Disisi lain, kabangkitan ini menghadirkan resiko yang menyakitkan, yaitu terpenggalnya kepala beliau merupakan hal tak tak bisa ditawar lagi, mengingat besar dan kejamnya dinasti Umayyah.
Imam Husain as selaku imam yang sebenarnya kemudian memperhatikan kemaslahatan islam dan muslimin dan beliau as melihat bahwa kematian adalah jalan terbaik daripada harus berbai'at yang pasti akan membuat Yazid dan rekan-rekannya semakin leluasa menghancurkan islam karena telah mendapat 'izin' dari Husain as selaku pemimpin umat islam untuk menguasai islam dan merongrong islam dari dalam.
Apa efek dari kebangkitan imam Husain as ?
Setelah melihat rangkaian peristiwa setelah kesyahidan beliau as, dapat dipastikan bahwa kebangkitan imam Husain as memberikan efek yang sangat besar . Karena kesyahidan beliau begitu menggetirkan rasa serta menggetarkan jiwa dan dengan cara yang sedemikian keji, menegaskan ketertindasan dan keberpihakan Ahlulbayt pada kebenaran.
Sampai akhirnya, rumah Ahlulbayt yang tiada pernah diketuk oleh umat islam kembali kebanjiran pengikut dari berbagai pelosok pada masa imam Muhammad al-baqir as dan imam Ja'far shodiq as. Untuk mengakhiri pembahasan ini akan kami sebutkan beberapa kebangkitan yang mengatasnamakan penuntutan darah imam Husain as secara singkat.
1.Kebangkitan Hurrah
Kejahatan terkeji bani Umayyah setelah kesyahidan imam Husain as ialah tragedi Hurrah. Tragedi ini berkaitan dengan arus protes besar di Madinah pada tanggal 26-27 Dzulhijjah 63 h. Protes ini ditumpas habis oleh pasukan Syam (Suriah). Yazid menghalalkan nyawa, harta, istri dan keluarga orang-orang madinah sebebas-bebasnya. Sampai-sampai darah warga Madinah membanjiri kota suci tersebut.
Saat itulah warga Madinah baru menyadari kebusukan Yazid. Mereka baru tergugah, kenapa imam Husain dibunuh. Mereka mengirim delegasi ke Syam, terdiri dari tokoh-tokoh besar Madinah seperti Ibn Zubair, Ubaidillah bin Amr Makhzumi, Abdullah bin Handalah dll. Sesampainya mereka disana, mereka baru mengerti apa yang sebenarnya. Mereka baru sadar akan kelakuan Yazid yang sangat memalukan itu.
Abdullah bin Handalah yang memiliki delapan anak lelaki menyatakan perang terhadap Yazid. Sejarah mencatat delapan anak tersebut syahid bahkan ia sendiripun syahid dalam kebangkitan Hurrah tersebut.
Dimanakah Abdullah bin Handalah ketika imam Husain bangkit? Saat itu ia belum sadar. Jelaslah, kesyahidan imam Husain as telah membuka mata dan menyadarkan jiwa Abdullah bin Handalah dan ribuan orang lainnya.
2. Kebangkitan Tawwabiin (orang-orang yang bertaubat)
Tiga tahun setelah kesyahidan imam Husain as, sebagian warga Kufah yang dipimpin oleh Sulaiman bin Surad al-khuza'i merintis gerakan setelah matinya Yazid.
Ada lima ribu orang yang berkumpul dan bertaubat di kuburan imam Husain as dan mengadakan duka cita disana. Mereka menangis, mengakui dosa dan bertaubat kepada Allah swt. Mereka berikrar 'selama kita masih belum tebus darah Husain bin Ali as kita tidak akan tinggal diam, kita mesti terbunuh atau terus menuntut darahnya' .Siapakah mereka ? Merekalah At-tawwabiin
3.Kebangkitan Mukhtar Ats-tsaqafi
Setelah bebas dari penjara, Mukhtar bin Ubaidillah ats-tsaqafi mulai perlawanannya terhadap bani Umayyah pada tanggal 14 Rabiul awwal 66 h. Beliau adalah salah satu tokoh cemerlang di dunia pecinta Ahlulbayt.
4.Kebangkitan Zaid bin Ali ra
Diantara kebangkitan berdarah yang berusaha menebus darah imam Husain as ialah kebangkitan Zaid bin Ali terhadap Hisyam bin Abdil Malik. Tentang Zaid bin Ali ra imam Ja'far shadiq as berkata 'semoga Allah merahmati Zaid. Dia adalah seorang alim dan jujur, dialah manusia mukmin, penuh makrifat dan ta'at. Aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa pamanku Zaid telah menempuh jalan lurus para syahid, yaitu jalan syahid di sisi Allah, Rasulullah saww, Ali bin Abi Thalib as dan imam Husain as'. (Tarikh-e islam dar asar-e ustaz Muthahhari, daftar tabligat-e islami, cet 1, Tehran, 1379 hs)
Sumber referensi :
I. Kepemimpinan pasca nabi (Ayatullah M. Baqir Shadr)
II. Mengungkap yang tak terungkap (Tim HPI)
III. Syiah dalam sunnah (M. Reza Modarrese)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar