Oleh karena itu kita menyaksikan para
Yahudi ini mulai ramai-ramai membeli perusahaan film besar dunia
khususnya di Amerika Serikat sehingga mereka mampu menguasai industri
perfilman dunia, dan mereka memonopoli industri perfilman Barat. Saat
ini berbagai perusahaan film besar di Amerika dimiliki oleh investor
Zionis. Selain mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan film
para Zionis ini juga memanfaatkan industri perfilman untuk mendiktekan
ide-ide mereka kepada dunia.
Salah satu contoh pengaruh Zionis di
Hollywood adalah isu Holoucaust. Isu ini menjadi wacana yang dominan di
Hollywood dan setiap sutradara yang membuat film mengenai Holoucaust
akan didukung para investor Zionis. Dukungan ini mulai dari produksi
film hingga penyebarannya keseluruh dunia. Bahkan di festival dunia
karya-karya film seperti ini mendapat dukungan penuh dari Zionis dan
mendapatkan penghargaan.
Neal Gabler, penulis Yahudi
dibukunya yang berjudul An Empire of Their Own: How the Jews Invented
Hollywood (1989) mengisyaratkan bahwa studio- studio terbesar di
Hollywood seperti Colombia, Metro Goldwyn Mayer (MGM), Warner Bros,
Paramount, Universal, Twentieth Century Fox didirikan oleh Yahudi dan
dikelola oleh mereka. Norman Frank Cantor Dosen Universitas New York
dalam sebuah risetnya tahun 1994 mengisyaratkan satu poin bahwa produksi
film di Hollywood dan penyebarannya di 50 tahun pertama dikuasai oleh
imigran Yahudi dan saat ini mayoritas industri perfilman di Amerika
dikontrol oleh komunitas ini.
Pengaruh Zionis ini, khususnya dukungan
kepada seniman Yahudi sangat kentara. Dan dewasa ini mayoritas
masyarakat Hollywood terdiri dari seniman Yahudi yang mendukung rezim
Zionis Israel. Dukungan ini sifatnya dua arah, artinya rezim Zionis
Israel mendukung para seniman tersebut dan sebaliknya seniman tersebut
menjadi alat penyebaran propaganda ideologi Zionis. Sutradara film
seperti Erich von Stroheim, Fritz Lang, Roman Polanski, Sidney Lumet,
Steven Spielberg dan Samuel Goldwyn terkenal mendukung Zionis dan di
karya-karyanya, mereka pun aktif menyebarkan ideologi Zionisme.
Kini pertanyaannya adalah apa yang
ditekankan dalam film dan sinema pro Rezim Zionis Israel? Steven
Spielberg di film besutannya yang berjudul Schindler’s List menyajikan
topik Holocaust. Selama bertahun-tahun Spielberg mengumpulkan data
terkait Holocaust dengan bantuan lembaga The Shoah. Di proyeknya ini,
Spielberg juga mendapat bantuan dari sejumlah lembaga lainnya.
Karen Pollock, direktur eksekutif salah
satu lembaga tersebut menilai proyek mereka ditujukan untuk
mempersiapkan peluang pengajaran yang tepat bagi isu Holocaust, sehingga
generasi mendatang akan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
peristiwa ini. Oleh karena itu, insan sinema Hollywood dan pengikut
mereka di Palestina pendudukan menfokuskan dan memprioritaskan usaha
mereka guna tetap menghidupkan peristiwa Holocaust yang diragukan
kebenarannya serta ketertindasan kaum Yahudi di perang Dunia Kedua.
Mereka juga berusaha menjadikan isu ini sebagai hal penting bagi
generasi mendatang.
Berdasarkan data sejarah, tak diragukan
lagi bahwa sinema dan industri perfilman sejak awal pembentukan rezim
ilegal Israel di tahun 1948 menjadi perhatian serius Zionis. Zionis pun
menfokuskan usaha mereka secara terkoordinasi di bidang seni film layar
lebar. Di masa lalu, Zionis dengan pengaruhnya menempati pos-pos penting
di Hollywood dan berusaha mengambil untung sebesar-besarnya di produksi
film serta penyebarannya di dunia. Mereka sangat jarang terlibat
langsung dengan masyarakat internasional.
Namun sejak tahun 2000 hingga kini
film-film garapan sutradara Israel yang diproduksi di Palestina
pendudukan diikutkan dalam berbagai ajang internasional dan aktifitas
perfilman mereka kian besar dan transparan. Penyelenggaraan festival
film Israel di kota Los Angeles, Miami dan New York termasuk salah satu
dari langkah langkah yang ditempuh oleh Israel. Festival ini digelar
atas kerjasama antara Israel dan Amerika Serikat dan film yang diputar
tidak pernah dipublikasikan di luar Palestina pendudukan.
Festival film yang digelar di kota Eilat
di Palestina pendudukan dan Jacksonville Jewish Film Festival di
Universitas Millsaps menimbulkan berbagai gosip dan keributan atas
karya-karya yang ditampilkan. Film-film yang ditayangkan menunjukkan
usaha Israel untuk melegalkan eksistensi rezim ilegal ini dan menutupi
kejahatan yang mereka perbuat.
Namun demikian aktivitas sinema yang
menyebarkan ideologi Zionis tidak berhenti hanya pada kasus kasus ini.
Baru-baru ini Tel Aviv melalui the New Foundation for Cinema and TV
Israel, berusaha menguasai pasar perfilman dunia dengan meluncurkan
produk gabungan antara Israel dan Palestina. Lembaga ini didirikan
dengan biaya yang cukup besar dan ditujukan untuk merekrut
sutradara-sutradara Arab.
Amir Esfandiari, salah satu insan
perfilman Iran terkait hal ini mengatakan, sekitar 40 sutradara
Palestina termasuk Elias Suleiman, Rashid Masharawi dan Hany Abu Assad
di statmen mereka memprotes manuver Israel tersebut, namun Zionis
menanam investasi besar-besaran untuk mempublikasikan film mereka di
tingkat dunia. Uniknya lagi Zionis di strateginya ini juga mendukung
para sutradara Arab bahkan film anti Israel pun mereka bawa ke ajang
festival film. Namun demikian hal ini justru memberi kebebasan Israel
untuk mengontrol lebih ketat sutradara Arab dan jika hal ini terus
berlanjut tidak akan menguntungkan bangsa Palestina.
Kajian terhadap film yang diproduksi
dengan dasar ideologi Zionis menunjukkan realita bahwa Zionis bukan
sekedar mengejar bidang seni dan juga bukan sekedar menyebarkan isu-isu
seperti Holocaust. Namun Zionis berusaha mengimbangi ideologi Islam.
Ideologi Zionis berusaha menunjukkan wajah bengis dan terbelakang Islam
sehingga Barat tetap akan khawatir terhadap Islam. Mereka juga berusaha
menampakkan ideologi Islam sebagai suatu realita dan dengan memanfaatkan
kisah kisah menyimpang untuk menyebarkan ideologi Islam keseluruh
dunia.
Namun Zionis lupa menjawab pertanyaan
ini mengapa agama Samawi memiliki pandangan positif terhadap dunia.
Film-film keluaran Hollywood senantiasa menciptakan krisis di dunia dan
tidak akan pernah menjadi sumber kebaikan. Dalam beberapa tahun terakhir
kita menyaksikan film film Hollywood memiliki kecenderungan menampilkan
kisah penyelamat dunia, namun sang penyelamat tersebut tidak memiliki
dimensi langit. Sang penyelamat versi Hollywood adalah orang biasa yang
bahkan meragukan keberadaan Tuhan. Orang seperti inilah yang ditampilkan
Hollywood sebagai penyelamat dunia.
Sebenarnya masih banyak yang harus
dibahas di topik ini. Namun poin penting untuk mengakhiri pembahasan
kita disini adalah meski seluruh sarana dan media propaganda Barat
dikerahkan, kebohongan besar tidak akan mungkin muncul sebagai
kebenaran. Karena hati-hati yang sadar pasti tidak akan tertipu dengan
propaganda seperti ini. Mereka pun menyadari bahwa produksi film terbaru
di Amerika yang telah membangkitkan kemarahan Umat Islam di seluruh
dunia karena melecehkan kesucian Nabi Muhammad Saw. Dan film ini hanya
membongkar niat busuk mereka terhadap Islam serta tidak menghasilkan
sesuatu yang lain.Sumber: IRIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar