![]() |
Rahbr di Gua Syuahada |
Rahbar memulai kunjungan dan pertemuannya dengan keluarga syuhada
sejak awal masa Perang Pertahanan Suci ketika beliau menjabat sebagai
utusan Imam Khomeini ra di Kementerian Pertahanan yakni saat menjadi
wakilnya Syahid Chamran.
Ketika menjadi imam shalat Jumat di Tehran, beliau memulai kembali kunjungan ini dan meneruskannya hingga kini.
Merupakan sebuah kebanggaan bagi kami, di Tehran tidak ada keluarga dua
syahid atau lebih yang belum pernah dikunjungi rumahnya oleh Rahbar,
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei. Hampir tidak ada daerah dan
jalan-jalan utama di Tehran yang belum dikunjungi atau tidak diketahui
oleh beliau. Setiap daerah kami sendiri, setidaknya saya tahu bahwa
tidak ada keluarga tiga syahid, dua syahid yang belum pernah didatangi
oleh beliau.
Sekitar enam, tujuh tahun di hari-hari
sift kerja saya, saya yang bertugas mengatur kunjungan dan pertemuan
beliau dengan keluarga syuhada. Oleh karena itu saya tahu bagaimana
suasana dan kondisinya. Pertemuan dengan keluarga syuhada merupakan
sebuah kelezatan tersendiri. Ada yang sangat mengharukan. Pergi ke rumah
keluarga syahid yang hanya memiliki anak laki-laki semata wayang dan
itupun sudah syahid. Sangat sulit bagi seorang ayah dan ibu yang
membesarkan anak semata wayang, kemudian mereka serahkan anaknya di
jalan Allah. Kendati mereka bangga dengan kondisinya, namun kami yang
duduk memandangnya merasakan kesedihan itu.
Sebagian
keluarga syuhada meski telah menyerahkan beberapa orang syahid, mereka
memiliki jiwa yang betu-betul aneh. Seperti keluarga syahid Khorsand di
Naziabad. Keluarga Khorsand telah menyerahkan empat orang syahid. Ayah,
dua putra dan menantunya. Ibu para syuhada ini betul-betul tegar, wibawa
dan mulia. Ketika ia berbicara, sesekali sampai dua kali Rahbar
menangis.
Kunjungan dan pertemuan ini tidak khusus
hanya untuk syuhada Syiah. Tapi untuk semua orang yang terbunuh di jalan
Allah di negara kita, dari pelbagai macam agama dan keyakinannya baik
Syiah, Ahli Sunnah maupun Kristen.
Pagi Hari Paskah,
yang disucikan orang-orang Kristen Armenia, Ayatullah Sayid Ali Khamenei
berkata, "Adalah baik jika kita pergi ke rumah beberapa orang Kristen
Armenia."
Kami tidak memiliki alamat rumah orang Kristen Armenia.
Kami mendatangi gereja-gereja mereka, namun mereka malah lebih tidak
tahu. Kami pergi ke kantor Bonyad Shahid (Lembaga Syahid), mereka juga
tidak punya banyak informasi. Kami mendapatkan sedikit informasi dari
kantor Lembaga Syahid dan selebihnya dari gereja-gereja dan
daerah-daerah. Kami pergi dengan bekal informasi ini. Pagi-pagi kami
pergi ke daerah Majidieh Utara. Di sana kami menemukan dua tiga
keluarga. Kami mengetuk pintu dan berbincang-bincang dengan mereka.
Bila kami pergi ke rumah keluarga muslim, biasanya kami mengucapkan
salam dan mengatakan, kami datang dari sebuah organisasi atau dari Basij
atau dari Pangkalan Abu Dzar... Intinya mengatakan sesuatu dan
menunjukkan kartu.
Sementara di hadapan orang-orang
Kristen ini kami menunjukkan kartu tanda pengenal radio dan televisi
Republik Islam Iran (IRIB). Kami katakan, "Malam ini adalah malam
Paskah, malam suci kalian, kami ingin mengambil kalian untuk kami
tayangkan."
Setelah shalat Maghrib dan Isya kami
memasuki daerah Majidieh dengan satu tim penjagaan. Kami katakan, bila
pengawalan mulai bergerak, mereka akan memberitahukan dan kami akan
menuju tempat tugas kami. Pengawal tidak banyak bicara dengan Walkie
talkie agar jalannya tidak ketahuan orang lain. Karena akan tersadab di
jaringan. Tiba-tiba saya dipanggil dari pusat dan dengan walkie talkie.
Saya mengatakan, "Oke, saya sedang mendengarkan."
Dikatakan bahwa beliau sedang berada di awal jembatan Seyed Khandan.
Dari jembatan Seyed Khandan sampai Majidieh tidak lebih dari 3-4 menit.
Saya segera turun dari mobil dan mengetuk pintu. Seorang ibu membuka
pintu. Kami hendak masuk dengan isyarat ucapan "Ya Allah...Ya Allah...",
namun ia tidak paham. Akhirnya kami masuk. Karena kami harus
mengerjakan sesuatu. Kami mengucapkan kata sandi seperti Noudal untuk
sutradara dan Amiks untuk kru yang lain.
Sutradara
pergi ke atas rumah untuk melakukan penjagaan, Amiks pergi ke ruangan
bawah tanah untuk melakukan penjagaan dan yang lainnya pergi ke halaman
untuk melakukan penjagaan. Pokoknya melakukan penjagaan... Itulah film
kami. Ketika sudah mendekat, di walkie talkie dikatakan kalau kami sudah
berada di awal Majidieh. Dengan upaya agar ibu pemilik rumah menemui
Rahbar tidak dengan pakaian yang ada, saya berkata, "Maaf! Sekarang
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran akan datang ke rumah anda!"
Di berkata, "Dengan senang hati...silahkan datang...anda bilang siapa?"
Saya menyebutkan nama Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei...
Begitu saya menyebutkan nama Rahbar, dia langsung jatuh pingsan di
halaman.
Kami ucapkan "Ya Allah...Ya Allah..."
Anak-anaknya keluar dan kami langsung berkata kepada mereka, "Bawalah
ibu kalian!" Mereka membawa ibunya ke dapur.
Anak-anak perempuan berkata, "Apa yang terjadi?"
Kami berkata, "Maaf! Kami adalah orang-orang radio dan televisi yang
datang pagi tadi. Tapi ternyata sekarang Pemimpin Besar Revolusi Islam
Iran akan datang ke rumah anda. Kepada ibu anda kami memberitahukannya,
tapi lantas dia pingsan. Coba cari jalan keluarnya."
Rahbar tidak masuk rumah tanpa izin
Mereka berusaha memulihkan kembali ibunya. Tekanan darahnya turun dan
mereka memberikan air gula. Dari walkie talkie diberitahukan bahwa
Rahbar sudah berada di depan pintu gerbang. Saya lari untuk membuka
pintu. Penjaga yang seharusnya berdiri di samping pintu pergi mendekati
pintu gerbang. Kami telah melakukan penjagaan. Ayatullah Sayid Ali
Khamenei turun dari mobil untuk masuk ke rumah. Beliau mendekati pintu
dan mengucapkan, "Assalamualaikum."
Saya yang berada di belakang pintu berkata, "Silahkan!"
Beliau berkata, "Kalian?"
Bukannya tidak mengenal kami. Beliau berkata, "Yakni, ada apa dengan kalian?"
Kami berkata, "Pemilik rumah jatuh pingsan."
Beliau berkata, "Tidak ada keluarga yang lain?"
Kami baru ingat dua putrinya juga bisa mempersilakan Rahbar. Kami berkata, "Yang Mulia (YM)! Silakan anda masuk!"
Beliau berkata, "Tanpa izin pemilik rumah saya tidak akan masuk!"
Penjagaan dan pengamanan tidak membuat beliau lupa diri. Lebih penting
dari penjagaan, bagi beliau masuk rumah orang lain tidak akan
dilakukannya tanpa izin. Beliau tidak memandang dirinya dan bahwa
pemilik rumah adalah seorang Kristen. Tapi masalahnya tidak mudah.
Karena pengamanan Rahbar harus tetap dilakuka, sementara beliau berada
di luar, di jalan utama. Itupun di perempatan jalan dengan memakai pakai
ruhaniwan dan kewibawaannya sebagai seorang Rahbar. Semua orang
melihatnya karena beliau tidak akan masuk ke rumah seseorang tanpa
seizin pemilik rumah.
Saya segera menuju dapur. Kepada
salah satu anak perempuan itu saya berkata, "Rahbar ada di depan pintu,
persilakan beliau masuk!"
Mereka tidak memaki pakaian yang layak. Mereka berkata, "Kalau begitu kami akan ganti pakaian terlebih dahulu!"
Kepada Rahbar saya berkata, "Mereka masih berganti pakaian. Silakan anda masuk!"
Beliau berkata, "Tidak. Saya menunggu sampai mereka datang."
Beliau berdiri di depan pintu beberapa menit. Kami juga berusaha
memanggil para penjaga yang badannya tinggi untuk mengitari beliau
supaya tidak kelihatan. Tidak ada jalan lain. Kami menunggu beberapa
lama. Karena mereka mahasiswi, mereka berpakaian layaknya seorang
mahasiswi. Salah satu dari mereka segera menyambut Rahbar dan beliau
masuk ke dalam ruang tamu. Mahasiswi ini mendekati Rahbar dan kepada
beliau ia mengucapkan selamat datang. "Ibu kami ada di dalam kamar,
sebentar lagi keluar," ujarnya
Rahbar memanggil saya sembari berkata, "Mereka tidak punya ayah?"
Saya berkata, "Tidak tahu. Karena tadi pagi kami tidak bertanya."
Beliau berkata, "Tidak punya sesepuh? Tidak punya saudara laki-laki?"
Kami menuju ke ruangan bagian belakang dan bertanya, "Maaf! Di mana ayah kalian?"
Mereka berkata, "Meninggal dunia."
Kami berkata, "Saudara laki-laki?"
Mereka berkata, "Kami punya seorang saudara laki-laki, itupun sudah syahid."
Kami bertanya, "Sesepuh? Seseorang?"
Mereka berkata, "Paman kami tinggal di rumah sebelah."
Kami berpikir, jalan satu-satunya yang terbaik adalah memanggil
pamannya. Sekarang bagaimana caranya memanggil pamannya? Dengan
kewibawaan, gaya dan bentuk tubuh, semuanya memiliki tinggi badan dua
meter dengan model pakaian dan senjata. Sesama kita sendiri berkata,
"Kamu mau bicara apa saja, aku bukan ahlinya. Wajahmu sangat menyolok
sebagai penjaga."
Kami mengetuk pintu rumah sebelah. Seorang laki-laki membuka pintu dan mengucapkan salam.
Saya berkata, "Maaf! Kami datang untuk urusan kebaikan."
Hamba Allah ini memandang... seorang muslim basiji... datang ke rumah
seorang Kristen Armenia. Untuk urusan kebaikan apa? Dia merasa takjub.
Kembali lagi ke dalam rumah memakai baju kemudian datang lagi keluar.
Dengan hormat kami membawanya ke rumah saudaranya. Ketika sudah berada
di dalam rumah saudaranya, penjaga memeriksanya. Dia memandang dan
berkata pada dirinya sendiri, "Memangnya untuk urusan kebaikan seseorang
harus diperiksa?"
Setelah pemeriksaan, kepadanya kami
sampaikan masalah sebenarnya. Kami berkata, "Pemimpin Besar Revolusi
Islam Iran berada di sini. Karena di sini tidak punya sesepuh, kami
meminta anda untuk hadir juga di sini.
Ketika kami
bawa masuk dan melihat Rahbar, dia langsung lemas bak mayat. Kami angkat
bak mengangkat jenazah dan kami dudukkan di kursi di samping Rahbar.
Tiba-tiba muncul masalah lainnya. Bahasa mereka berbeda dengan bahasa
kami. Mau mengucapkan salam saja betul-betul sulit. Dengan segala
kesulitan akhirnya dia mengucapkan salam kepada Rahbar dan saling
menanyakan keadaan. Pada akhirnya kami telah berhasil menyiapkan teman
bicara untuk Rahbar.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei meminum teh dan makan kuenya
Kami pergi menuju ke kamar untuk mengajak ibunya menemui Rahbar. Ketika
masuk ruangan, Rahbar mempersilakannya duduk di sampingnya, dan ia
duduk di samping saudaranya. Kemudian beliau berkata, "Ibu! Kami datang
ke sini untuk mendengarkan ucapan anda. Karena anda mengalami kesulitan,
rekan-rekan memanggil pamannya anak-anak."
Anak-anak
perempuannya datang dan duduk. Pertanyaan pertama yang ditanyakan oleh
Rahbar adalah apa kesibukan anak-anak perempuan ini?
Mereka berkata, "Mahasiswi."
Rahbar betul-betul memuji mereka dan banyak berbincang-bincang dengan
mereka. Pada saat itu salah satu dari keduanya berkata, "YM! Saya
ambilkan minuman air atau sirup?"
Semuanya ini adalah
pelajaran. Saya sendiri tidak tahu. Saya katakan ambilkan atau jangan
ambilkan? Rahbar minum atau tidak minum? Saya tidak tahu. Saya mendekati
Rahbar dan kepada beliau saya bertanya, "YM! Mereka mengatakan kami
ambilkan makanan atau teh?"
Rahbar berkata, "Kita
sebagai tamunya mereka. Mereka bertanya kepada tamu untuk menyuguhi
sesuatu atau tidak? Baiklah kalau mau menyuguhi sesuatu, kami
memakannya."
Kemudian Rahbar sendiri berkata, "Iya
putriku! Bila tidak merepotkan, teh atau air buah. Saya juga meminum teh
dan air buah kalian."
Mereka mengambil teh, air buah
dan kue sekaligus buah-buahan. Biasanya di rumah keluarga muslim,
seseorang mengupas buah-buahan kemudian memberikannya ke Rahbar. Beliau
berdoa kemudian kami membagi-bagikannya kepada ayah syahid, ibu syahid,
putra syahid atau istri syahid. Semuanya makan sepotong-sepotong buah
yang telah didoai oleh Rahbar. Di rumah orang Kristen, kita juga
seharusnya melakukan hal ini. Namun kami betul-betul tidak tahu harus
bagaimana. Mereka menyuguhi teh, Rahbar meminumnya. Mereka menyuguhi air
buah, Rahbar meminumnya. Mereka menyuguhi kue, Rahbar memakannya.
Sekitar 40 menit Rahbar berada di rumah orang Kristen ini dan
berbincang-bincang dengan mereka. Seperti di tempat-tempat lain Rahbar
berkata, "Saya tidak melihat foto syahid kalian. Bawa ke sini foto
syahid kita yang mulia. Saya ingin melihatnya!"
Di
rumah orang muslim, biasanya terdapat empat foto besar syahid.
Masing-masing di pajang di setiap kamar. Biasanya kami mengambilnya dan
menyerahkannya kepada Rahbar. Namun kali ini mereka mengambil sebuah
album dan memberikannya kepada Rahbar. Albumnya berisi gambar acara
pengantin syahid. Mereka meletakkan album di depan Rahbar. Di halaman
pertama ada foto berdua. Di tengah ada foto kenangan Fardin dengan
temannya. Rahbar terus melihat-lihat album sambil berbincang-bincang dan
terus membuka setiap lembaran album sampai selesai. Begitu selesai
beliau berkata, "Kalian punya foto syahid yang sendirian?"
Mereka menemukan foto syahid sendirian dan meletakkannya di depan
Rahbar. Rahbar mulai memuji-muji syahid dan berkata, "Baiklah! Bagaimana
dia ditawan, bagaimana dia mencapai syahadah? Bisakah kalian
menceritakannya kepada saya?"
Kami tahu ternyata nama
syahid agung ini adalah Manukian. Selevel dengan Syahid Babai, Ardestani
dan Dauran. Ia seorang pilot AU dan melakukan operasi militer udara
saat Perang Pertahanan Suci. Pesawatnya F14. Ia berhasil melakukan
pembalasan di Baghdad namun pesawatnya ditembak oleh musuh di Bahgdad.
Ia berusaha menaikkan pesawatnya sampai titik atmosfir dan selanjutnya
turun ke arah Iran. Empat motor pesawat hancur dan puing-puing pesawat
jatuh di tanah Iran. Karena sistem elektronik pesawat tidak bekerja
lagi, ia tidak berhasil keluar sehingga tidak bisa menyelamatkan dirinya
dengan payung. Pesawat jatuh ke bumi dan ia mencapai syahadah.
Ia seorang Kristen namun tidak rela puing-puing pesawat Republik Islam
Iran ini jatuh di tangan Irak. Inilah anaknya keluarga tersebut. Orang
besar ini terkenal di Angkatan Udara. Di sana ia dikenal akan syahadah
dan akhlaknya.
Ibu syahid berkata, "Sekarang saya tahu siapakah Ali (Imam Ali as)."
Ibu syahid berkata, "YM! Sekarang anda berada di rumah kami, bolehkah saya menyampaikan kata-kata kepada anda?"
Rahbar berkata, "Silakan! Saya datang ke sini untuk menyimak dan mendengarkan kata-kata anda."
Ibu syahid berkata, "Dari sisi budaya agama, kami berbeda dengan anda.
Namun kami tetap ikut hadir di acara-acara duka anda dan seringnya kami
tidak masuk ke majlis. Hari syahadahnya Imam Husein as, Hari Asyura dan
Tasua kami membagi-bagikan minuman sirup kepada barisan para penduka
Imam Husein as. Kami ikut serta ke dalam barisan mereka. Kami
membagikannya dengan gelas sekali pakai biar mereka tidak mengalami
kesulitan. Karena kami tidak minum campur dengan gelas mereka. Kami
hadir dalam pertemuan-pertemuan anda dan mendengarkan ceramah-ceramah,
tapi sampai kini saya tidak banyak memahaminya. Dikatakan, dalam agama
anda ada seorang perempuan putrinya Rasulullah Saw yang pintu rumahnya
didobrak akhirnya dadanya terluka karena kena paku di pintu. Kami tidak
mengerti apa sebenarnya. Orang-orang Muslim memiliki seorang pemimpin
bernama Ali as dan ditekan agar tidak mampu melakukan apa-apa selama 25
tahun. Kepemimpinannya direbut. Kamipun tidak mengerti apa sebenarnya.
Selama 25 tahun ketika kepemimpinannya direbut, kesibukannya adalah di
setiap akhir malam beliau mengangkat karung berisi roti dan kurma lalu
membagi-bagikannya ke rumah-rumah anak yatim. Saya juga tidak mengerti
akan hal ini. Tapi sekarang saya baru mengerti dan memahami siapa Ali
as."
"Hari ini kedatangan anda ke rumah kami dengan
pelbagai kesibukan yang anda miliki. Anda masih bisa meluangkan waktu
untuk datang ke rumah kami yang berlainan agama dengan anda. Padahal
uskup kami, bahkan pendeta daerah kami tidak pernah datang ke rumah
kami. Anda adalah seorang pemimpin umat Islam. Saya sekarang baru
mengerti dan paham bahwa Ali as yang senantiasa pergi mendatangi
rumah-rumah anak yatim adalah sosok pribadi yang agung."
Kedatangan Rahbar ke rumah mereka, membuat mereka mengerti dan paham
tentang Imam Ali dan 25 tahun pemerintahannya yang direbut dan Sayidah
Fathimah Zahra yang terzalimi. Dengan demikian, kalau seandainya mereka
pergi ke Mashad, apakah Imam Ridha as tidak mensyafaatinya?
Setelah kembali pulang dari rumah mereka Rahbar memberikan teguran
kepada para penjaga. Kami berada bersama keluarga Kristen ini selama 40
menit. Tepat 40 menit bak mempelajari beberapa buku. Di rumah orang
Kristen Rahbar minum air, teh, sirup dan makan kue dan buah-buahan.
Sementara sebagian rekan-rekan kami tidak mau makan. Kami juga memiliki
orang yang lebih Katolik dari Paus. Rahbar pergi ke rumahnya dan beliau
makan makanan mereka. Sementara sebagai anggota Pasdaran seperti saya,
justru tidak makan. Apakah saya lebih Hizbullah daripada Rahbar!"
Kami pamitan dengan mereka dan kembali menuju kantor. Ketika kami
sampai, Rahbar berkata, "Panggil anak-anak (pasukan pengaman) ke sini!"
Mereka datang dan Rahbar berkata, "Sikap bodoh apa yang kalian lakukan
ini? Kita sebagai tamu keluarga ini. Ketika pergi ke rumah mereka,
mengapa kalian tidak mau makan makanan mereka? Ini merupakan sebuah
penghinaan terhadap mereka! Kalau kalian tidak mau makan seharusnya
jangan masuk!"
Sumber: IRIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar