![]() |
Makam Kumail bin Ziyad an-Nakhai ra di Najaf, Irak |
Setiap malam Jum’at,
umat islam menghabiskan waktunya dengan berdoa. Salah satu doa yang paling
disarankan untuk dibaca adalah doa Kumail. Doa Kumail adalah doa panjang yang
sangat indah. Di dalamnya, terdapat permohonan-permohonan kepada Allah ‘Azza wa
Jalla. Baik berupa permohonan duniawi maupun ukhrawi. Lihatlah kata-kata indah
yang mengalun menyelimuti bumi di malam Jum’at itu, “ya Allah, aku memohon
kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu. Dengan kekuatan-Mu
yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu. Dan dengannya menunduk segala
sesuatu... Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan penjagaan,
dosa-dosaku yang menyebabkan petaka, dosa-dosaku yang merusak nikmat,
dosa-dosaku yang menghalangi doa, dosa-dosaku yang menurunkan bencana...”
Siapakah Kumail?
Doa ini dinamakan doa
Kumail. Sedangkan Kumail sendiri adalah seorang sahabat Imam Ali bin Abi Thalib
as yang sangat setia. Nama lengkapnya adalah Kumail bin Ziyad an-Nakhai. Ia
berasal dari Yaman. Keluarganya bermukim di Kufah selama masa kekhalifahan Imam
Ali as. Ia juga tercatat sebagai orang yang memimpin kelompok para pembaca
al-Qur’an dalam revolusi Abdurrahman bin al-Ashath melawan al-Hajjaj, gubernur
Kufah yang sangat kejam di waktu itu.
Doa Nabi Khidir
Dalam Iqbal al-A’mal, Ibn Thawus menuturkan bahwa
Kumail an-Nakhai berkata, “suatu kali aku duduk bersama Imam Ali bin Abi Thalib
as di masjid Bashrah bersama sekelompok sahabat beliau. Lalu, seorang di antara
kelompok itu bertanya: ‘apa maksud ayat, ‘pada malam itu diuraikan segala
urusan yang penuh hikmah?’ (ad-Dukhan: 4) ’
Imam Ali menjawab, ‘malam itu malam pertengahan
Sya’ban. Demi Zat yang nyawa Ali berada di genggaman-Nya, baik-buruk segenap
hamba dibagikan pada malam pertengahan bulan Sya’ban hingga akhir tahun. Dan
barangsiapa yang menghidupkannya (dengan amalan-amalan baik) dan berdoa di
waktu itu dengan doa Nabi Khidir, maka Allah akan menjawabnya.’ ”
Singkat
cerita, karena penasaran, Kumail meminta imam Ali untuk mengajarinya. Maka,
imam Ali lantas mendiktekan doa itu, dan dicatat oleh Kumail dengan penuh
kekaguman.
Bangkit melawan al-Hallaj
Sejarah mencatat bahwa
al-Hajjaj adalah orang yang sangat keji. Ia juga amat membenci keluarga Nabi
saw. Rakyat Kufah hidup menderita di bawah kediktatorannya. Pada tahun 81 H,
Abdurrahman bin al-Ashath memberontak kepada atasannya itu, al-Hajjaf bin Yusuf.
Pasukannya berjumlah lebih daari seratus
orang. Termasuk kelompok pembaca al-Qur’an yang dipimpin oleh Kumail bin Ziyad.
Pertempuran sengit terjadi antara dua kubu. Akhirnya, para pejuang berhasil
mengalahkan tentara al-Hajjaj. Mereka membebaskan beberapa kota seperti
Sajestan dan Kirman (di Iran), serta Basrah dan Kufah (di Irak). Tidak terima
dengan kekalahannya, Abdul Malik mengirim pasukan tambahan kepada al-Hajjaj.
Kedua pasukan kembali bertempur di Dir al-Jumajum. Setelah pertempuran sengit,
pasukan Abdurrahman kalah. Pasukan mereka kocar-kacir. Ada yang terbunuh,
melarikan diri dan bersembunyi. Kumail bin Ziyad beberapa pejuang lainnya
menghilang. Al-Hajjaj mulai mencari mereka. Al-hajjaj mencari Kumail
kemana-mana, tapi mata-mata al-Hajjaj tak mampu menangkap Kumail. Hingga
akhirnya, al-Hajjaj menggunakan cara licik; menyiksa dan mengganggu para
pengikut Kumail. Mendengar peristiwa itu, Kumail akhirnya menyerah. Orang-orang
lantas membawa kumail menghadap al-Hallaj.
Di hadapan al-Hajjaj
Wajah Kumail bersinar.
Janggutnya telah memutih. Hatinya teguh. Kumail memasuki istana al-Hajjaj
dengan gagah. Ia menatap semua hadirin dengan tatapan mata tajam. Tak ada rasa
takut sedikitpun di hatinya. Ia tahu bahwa ia akan dibunuh oleh al-Hallaj.
Karena kekasihnya, Ali bin Abi Thalib, telah memberitahunya. Tanpa menghiraukan
al-Hajjaj, Kumail berkata, “pemimpinku, Imam Ali, telah mengatakan kepadaku
bahwa kau akan membunuhku. Wahai musuh Allah, lakukan apa yang ingin kau
inginkan! Ketahuilah bahwa hari pembalasan akan muncul setelah pembunuhan ini.”
Al-Hajjaj berkata,
“ingkari Ali, bila ingin selamat.”
Kumail menjawab,
“Tunjukkan padaku agama yang lebih baik dari agama Ali.”
Al-Hajjaj pun langsung
memerintah algojonya untuk memenggal kepala Kumail bin Ziyad an-Nakhai, seorang
sahabat besar imam Ali as yang memegang rahasia beliau as. Makam beliau
sekarang berada di atas bukit Wadi as-Salam di kota suci Najaf. Kumail boleh
mati, tapi namanya selalu abadi dalam hati umat islam.
Disadur dari berbagai sumber.
Farazdaq Khaza’i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar