Mushalla kecil
di desa Guyangan yang bernama al-Muttaqin itu terlihat ramai. Hari itu, minggu
(26/11), para pecinta imam Husain di sekitar Jepara berkumpul di sana dan
mengadakan majlis aza’ untuk mengenang peristiwa Asyura yang penuh duka itu.
Acara yang
dimulai sekitar pukul setengah dua itu berlangsung khidmat dan penuh semangat. Dalam
acara itu, pada hadirin mengambil hikmah asyura dari pembicaraan ustadz
Muhammad Ali. Beliau dalam ceramahnya mengupas pertanyaan yang sering
dilontarkan orang-orang yang tak menyukai majlis aza’ imam Husain, yakni
“kenapa hari kesyahidan imam Husain lebih diperhatikan dibanding imam-imam lain
atau bahkan Rasulullah saw?”
Ustadz
Muhammad Ali menjelaskan bahwa menurut sayyid Kamal Haidari, ada banyak jawaban
untuk menjawab sangkaan ini. Namun sebenarnya, kita tidak melebihkan imam
Husain dibanding Nabi. Nabi saw tentu lebih mulia dari imam Husain. Hanya saja,
Rasululullah saw sendiri yang menyuruh kita untuk menghormati imam Husain as.
Di
sisi lain, Rasulullah saw bahkan orang pertama yang mengisi imam Husain as.
Kitab-kitab sunni dan syiah telah mencatat riwayat semacam ini. Dalam al-Qur’an
Allah berfirman, “Katakanlah (wahai Muhammad):
“Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 3:31).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk mengikuti Nabi Muhammad saw.
Rasulullah menangisi kesyahidan imam Husain, maka salahkan kita menangisi imam
Husain bersama Rasulullah saw?
Di
akhir pembicaraannya, ustadz Muhammad Ali menekankan bahwa selain untuk
menyampaikan bela sungkawa kepada Rasulullah dan Ahlulbayt as, menghadiri
majlis aza’ juga bertujuan untuk memperbarui janji kita kepada imam Mahdi afs.
Bahwa kita akan bersama beliau afs dakam melanjutkan misi imam Husain as, yaitu
menumpas kezaliman dan menegakkan keadilan. Ustadz Muhammad Ali menutup
pembicaraannya dengan mengutip perkataan sayyid Hasan Nashrallah bahwa, “tidak
ada yang bisa menghalangi kita menuju majlis aza’!”
Selepas
mendengarkan ceramah, para tamu undangan dibawa kembali ke Karbala dengan
pembacaan maqtal oleh bapak Bunari. Tak ayal, tangis pun pecah. Mendengar kisah
memilukan di hari asyura’ sanggup mencairkan hati siapapun. Setelah pembacaan
maqtal acara dilanjutkan dengan pelantunan ma’tam. Dengan semangat, santri
pondok pesantren Darut-taqrib melantunkan beberapa ma’tam gubahan mereka
sendiri. Acara akhirnya ditutup dengan pembacaan ziarah asyura yang dipimpin
oleh ustadz Mukhlisin.
Semoga
sedikit usaha dalam membuktikan cinta kepada imam Husain ini diridhoi Allah
swt, amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar