Islam Must Be United! |
Delegasi
sufi Mesir melakukan kunjungan ke Iran selama
delapan hari yang dimulai pada tanggal 12 November 2012 dalam rangka
menjembatani jarak antara suni dan Syiah, sekaligus memerangi tren
ekstrimisme yang semakin memperlebar jurang sektarian. Usaha untuk
menjembatani jarak ini tidak akan terjadi tanpa masukan dari Mesir.
Pada saat yang sama, delegasi sufi Mesir juga menyatakan
solidaritasnya terhadap Iran dalam melawan ancaman Israel. Delegasi
yang mengunjungi Iran terdiri dari perwakilan 11 ordo sufi yang
bertemu dengan Ayatullah Abbas
Vaez Tabasi dan Ayatullah Muhammad Husain Alamulhuda.
Sehubungan
dengan kunjungan tersebut, Syekh Alaa Abou El Azayem, syekh sufi
ordo Azmeyya dan pemimpin delegasi, menyatakan bahwa kunjungan ini
dimaksudkan untuk lebih mempersatukan suni dan Syiah melawan tren
yang memperlebar jarak di antara mereka, sekaligus mendukung Iran
terkait program nuklir yang bertujuan damai.
Dalam
pertemuan tersebut, Ayatullah Abbas Vaez Tabasi menyatakan bahwa
sebuah keharus untuk lebih mendekatkan suni dan Syiah terkait
dengan ancaman yang di hadapi dunia muslim. Dia menilai
kelompok-kelompok yang meningkatkan konflik antara dua mazhab dan
mengisolasi Iran dari dunia Islam merupakan
kelompok menyimpang yang harus dilawan. “Mereka adalah kelompok
yang bekerja untuk Barat dan memecah umat Islam.”
Menjembatani
jarak antara dua mazhab tersebut sangat penting bagi Mesir dan di
antara alasan kebangkitan Islam di wilayah Arab karena
penyatuan rakyat Mesir. Ayatullah Tabas juga menyangkal keinginan
Iran untuk campur tangan dalam urusan negara lain dan siap mendukung
negara manapun dalam mencapai keinginan bersama semua kelompok.
Sufisme dan agama sejati
Ayatullah
Husain Alamulhuda menyatakan bahwa kunjungan ordo Sufi ke Iran
memiliki pengaruh positif yang berbeda bagi rakyat
Iran,
khususnya karena Mesir dan Iran masing-masing memiliki peran
berpengaruh bagi dunia Islam dan integrasi budaya mereka sejak era
Persia.” Beliau juga memuji inisiatif Mesir dalam membawa suni dan
Syiah lebih dekat, serta menyatakan kepercayaannya pada ordo Sufi
dalam menyebarkan agama sejati melalu aktivitas sosial mereka.
“Perbedaa
antara suni dan Syiah ada dalam aspek kecil, bukan aspek besar.
Perbedaan di antara mazhab suni sendiri lebih besar dari pada antara
suni dan Syiah. Namun Wahabi,
dengan dukungan Barat, berusaha untuk meningkatkan dan memperlebar
konfliksektarian,”
tambahnya.
Ayatullah
Alamulhuda menyangkal segala konflik antara suni dan Syiah di Iran
dan menyatakan, “Pengikut suni menjalankan kehidupan seperti warga
lainnya. Mereka memegang semua jenis jabatan dan tidak ada perbedaan.
Semua propaganda penganiayaan suni di Iran merupakan kebohongan yang
dibuat oleh Amerika Serikat dan Wahabi.”
Pendekatan praktis
Alaa
Abou El Azayem, pemimpin delagis sufi, menyatakan bahwa pengikut
Syiah harus membuktikan dengan cara praktis dalam menciptakan
persatuan di antara mazhab dalam rangka persatuan umat muslim. Beliau
juga menilai Wahabi sebagai
alasan utama di balik konflik antara suni dan Syiah secara umum.
“Mesir saat ini terdiri dari 18 ordo sufi yang berusaha untuk
menyatukan umat Islam tanpa membedakan mazhab yang satu dengan yang
lain. Kami menerbitkan 32 buku mengutuk ideologi Wahabi dan 7 buku
tentang Syiah.”
Beberapa
peniliti percaya bahwa pernyataan yang dibuat Abou El Azayem terhadap
salafi dan Wahabi menjadi alasan di balik sikap Mubarak terhadap Abou
El Azayem yang khawatir jika sufisme dapat mengakibatkan meluasnya
Syiah di Mesir. Beliau juga meyakinkan bahwa perbedaan suni dan Syiah
tidak lebih dari 5%.
Dalam
kesempatan yang sama, Mustafa Al-Hashim, syekh ordo
sufi Hashimiyyah,
menyatakan bahwa Mesir setelah revolusi mengalami penderitaan akibat
salafi. Dia meyakinkan bahwa ordo sufi akan melakukan semampu mungkin
untuk melawan kelompok ini dan menyatukan umat muslim dan meminta
dukungan dari Iran untuk menampilkan wajah Islam sejati.
Sumber: Eja Jufri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar