Hari Raya Keluarga Muhammad |
Masa dua bulan yang menyedihkan mencapai klimaksnya pada hari
wafatnya Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari, pada tanggal 8
Rabiulawal. Satu hari setelahnya, menurut riwayat, adalah hari id
(perayaan) bagi pencinta ahlulbait as. Dikenal sebagai Id Zahra, hari
untuk menghormati putri Nabi Muhammad saw. sebagai hari kegembiraan dan
kebahagiaan bagi orang-orang beriman.
Sekedar mengingat, 70 hari sebelumnya kita memperingati syahidnya
tidak kurang dari enam manusia suci—Nabi Muhammad, Imam Hasan, Imam
Husain, Imam Zainal Abidin, Imam Ridha, dan Imam Askari (salâmullâh ‘alaihim).
Selain itu, kita juga mengenang wafatnya pribadi-pribadi seperti Abul
Fadhl Abbas bin Ali, Sayidah Masumah dan para sahabat Imam Husain di
tanah Karbala. Akhirnya, setelah masa kesedihan, kita mengganti pakaian
hitam dan kembali untuk melaksanakan hikmah selama akhir bulan ini.
Salah satu hal penting lain adalah kita menandai hari pertama
kepemimpinan imam kita yang masih hidup, al-Hujjah bin Hasan al-Askari
(semoga Allah mempercepat kemunculannya). Sebagaimana yang disebutkan
dalam doa, ziarah dan riwayat, kemunculan Imam Keduabelas akan menandai
pembalasan atas darah yang tertumpah di Karbala.
Dengan peristiwa penting ini kita merayakan Id Zahra dan dengan sungguh-sungguh kita mohon kepada Allah
Swt. untuk mempercepat kemunculan hujjah terakhir-Nya. Melalui keadilan
yang akan imam tunjukkan, hari ini akan benar-benar dirayakan sebagai
Id Fatimah az-Zahra dan seluruh pengikutnya yang sejati.
Pengamat sejarah menyatakan empat peristiwa bersejarah penting pada
tanggal 9 Rabiulawal. Pertama, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Nabi
Muhammad lahir pada tanggal 9 Rabiulawal. Terdapat dua pendapat lain:
12 Rabiulawal dan 17 Rabiulawal. Bagi Syiah, riwayat yang paling
terkenal adalah yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. lahir pada tanggal 17 Rabiulawal 570 M.
Apapun keadaannya, tanggal tidaklah membuat perbedaan besar. Karena
Ayatullah Khomeini, pendiri revolusi Islam telah mengumumkan pekan
antara 9 dan 17 Rabiulawal sebagai “Usbû’ Al-Wahdah” berarti
“Pekan Persatuan” di antara umat muslim. Umat muslim seluruh dunia
diminta untuk bersama-sama dan merayakan maulid Nabi Muhammad selama
sepekan.
Kedua, sehubungan dengan pentingnya hari ini, dicatat bahwa Nabi
Muhammad sendiri terlihat senyum dan “merayakan” sekali dengan berkumpul
di kota Madinah pada hari ini ketika kehadiran Imam Ali, Imam Hasan dan
Imam Husain kemudian berkata, “Pada hari inilah Allah Swt. akan
menghancurkan musuh-musuh kalian dan musuh-musuh kakek kalian dan pada
hari inilah ketika Allah (Swt.) akan menerima perbuatan pengikut kalian
dan mereka yang mencintai kalian. Inilah hari ketika firman Allah
menjadi kenyataan di mana Ia berfirman (dalam Quranul Karim): ‘Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka…’ (QS. 27: 52). Dan pada hari inilah Firaun masa Ahlulbait akan dihancurkan…”
Ketiga, tanggal 9 Rabiulawal juga dikenal sebagai Id Zahra berarti perayaan Fatimah
az-Zahra as., karena 3-4 tahun setelah tragedi Karbala, pada hari
inilah kegembiraan dan kebahagiaan terpulihkan dalam keluarga ahlulbait
as. Dari tragedi Karbala pada tahun 61 H hingga hari ini, anggota
keluarga Nabi Muhammad saw. terus-menerus berduka dan bersedih atas
kesyahidan Imam Husain as.
Umar bin Saad bin Abi Waqas adalah pembunuh Imam Husain yang pertama kali menembakkan panah ke arah Imam Husain pada tanggal 9 Muharam
61 H, yang dengan itu memulai secara resmi peperangan melawan Imam
Husain as.! Dan ia menyatakan, “Hai warga Kufah dan Syam, jadilah saksi
dengan ini pada Hari Pengadilan, bahwa akulah orang pertama yang
menembakkan panah kepada Husain!” Kemudian, Imam Husain mengatakan
kepada tentara Yazid yang dikomandani Umar, setelah memberikan khotbah
yang luar biasa, bahwa beliau butuh satu malam lagi untuk beribadah!
Mukhtar bin Ubaidullah ats-Tsaqafi mengumumkan tujuan revolusinya di Masjid Kufah,
“Saya akan menyesuaikan kepada Kitabullah dan sunah nabi-Nya. Saya akan
mengambil pembalasan terhadap pembunuh Imam Husain. Saya akan berperang
melawan mereka yang merusak hukum Allah. Saya akan membela kaum lemah
atas kaum kuat (penindas).”
Hanya orang yang beruntung yang punya kesempatan untuk merayakan id
ini! Inilah hari; ketika pertama kalinya setelah pembantaian Imam Husain
dan para sahabatnya, Imam Ali Zainal Abidin dapat tersenyum! Apakah
alasan ini tidak cukup untuk kita merayakannya? Kebahagiaan kita bersama
kebahagiaan maksumin dan kesedihan kita juga untuk mereka! Karena
itulah 9 Rabiulawal menjadi hari kemuliaan, kehormatan, kejayaan dan
rahmat. Inilah hari raya besar yang juga dinamai “Eid Asy-Syaja’.”
Keempat atau terakhir, 9 Rabiulawal adalah hari pertama bagi
keimamahan al-Hujjah bin Hasan al-Askari (semoga Allah mempercepat
kemunculannya), sebuah hari suka cita dan perayaan.
Benar bahwa seorang imam menjadi imam sejak lahir, tapi setiap imam
menjalankan peran resmi atas kepemimpinannya setelah wafat imam
sebelumnya. Alasan mengapa kita merayakannya, khususnya al-Hujjah bin
Hasan, adalah untuk mengingatkan diri kita atas keberadaannya dan
tanggung jawab kita kepadanya. Ayahnya sekaligus Imam Kesebelas, Imam
Hasan al-Askari wafat pada tanggal 8 Rabiulawal 260 H dan Imam
Keduabelas, Imam Mahdi, menjalankan keimamahannya secara resmi pada usia
lima tahun pada tanggal 9 Rabiulawal 260 H.
Kita berdoa kepada Allah untuk menjaga agar kita tetap kokoh pada
jalan-Nya, dan agar selalu menjaga kita dari kelalaian dalam menjalankan
tugas-tugas kita kepada-Nya dan Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah
mempercepat kemunculannya), dan juga memasukkan kita ke dalam penolong
dan sahabat Imam Mahdi. Ilahi amin.
Salah satu cara agar kita berusaha menjadi sahabat Imam Mahdi afs.
adalah menjalankan tanggung jawab yang ada pada diri kita, termasuk
membaca Doa al-’Ahd (Janji) setiap pagi di mana kita
mengatakan: “Ya Allah, sesungguhnya saya memperbarui (janji setia) pada
pagi hari ini dan semua hari sisa-sisa janjiku… Ya Allah, masukkan aku
di antara penolongnya, pembelanya, yang memenuhi harapan dan
perintahnya… Ya Allah, jadikanlah ia sebagai tempat berlindung bagi
hamba-Mu yang tertindas; penolong bagi mereka yang tidak memiliki
penolong selain-Mu… penguat ilmu agama-Mu dan sunah nabi-Mu. Semoga
salawat Allah tercurahkan kepadanya dan keluarganya.”
Selain doa, tentu saja, kita harus juga menjadi sahabat sejati Imam
Zaman, dengan mengingat Salman, Abu Dzar, Ammar bin Yasir, dan Malik
yang menjadi sahabat Imam Ali. Begitu juga dengan para syuhada Karbala
yang merupakan sahabat sejati Imam Husain. Kita harus membentuk karakter
kita dalam jalan yang benar ini dan menjauh dari dosa. Kita tidak boleh
puas dengan kondisi sekarang atau menjadi biasa-biasa saja.
Imam Shadiq as. pernah berkata, “Seseorang tidak dianggap sebagai
pengikut kami jika ia hidup di suatu kota dengan populasi 100.000, dan
ada orang yang lebih takwa daripadanya.” Kita harus menjaga konsep ini
dalam hati dan memperjuangkan dengan semangat tinggi untuk mencapai
peringkat tertinggi dalam ketakwaan.
Hadis tentang Imam Muhammad al-Mahdi (semoga Allah mempercepat
kemunculannya): “Dunia tidak akan berakhir, kata Nabi Muhammad saw.,
“sampai seorang laki-laki dari keluargaku (ahlulbait)
dan namanya seperti namaku akan menjadi pemimpin dunia. Ketika kalian
melihat bendera hijau dari arah Khurasan, maka bergabunglah bersama
mereka, karena Imam Allah akan bersama panji-panji yang akan disebut
al-Mahdi.”
Terakhir dan ini penting: Ahmad bin Ishaq al-Qummi adalah seorang
sahabat besar dari Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari as. Pada tanggal
9 Rabiulawal, Muhammad Hamadani dan Yahya Baghdadi datang
mengunjunginya dan diberi tahu bahwa Ahmad sedang sibuk melakukan ghusl
(mandi) pada hari itu. Ketika mereka menanyakan tentang mandi apa itu,
mereka diberi tahu bahwa Ahmad mendengar dari Imam Kesepuluh, Imam Hadi
as., yang berkata: “Tanggal 9 Rabiulawal adalah hari raya. Inilah hari
raya besar kita dan hari raya pengikut kami.”
Setelah melakukan mandi, Ahmad bin Ishaq al-Qummi mengatakan kepada
tamunya, “Saya telah melakukan mandi karena hari ini adalah id 9
Rabiulawal. Saya mengunjungi Imam Hasan al-Askari pada hari ini dan
memperhatikan cincinnya bersinar. Orang-orang di rumahnya mengenakan
pakaian baru dan memakai wewangian. Ketika saya menanyakan alasannya,
Imam Askari berkata, ‘Hari ini tanggal 9 Rabiulawal. Inilah hari id bagi
kita dan pengikut kita’.”
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010
Sumber: Eja Jufri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar