|
Imam Ali Al-Hadi as |
Ta'lim dilaksanakan di Masjid Imam Mahdi afs selepas salat isya' berjamaah. Berikut poin-poin pentingnya.
- iri
hati ada dua. Yang pertama, iri hati yang positif. Iri hati ini hanya
sebatas iri dan tidak ada niat untuk merebut ataupun merusak karunia
Allah yang telah diberikan kepada orang yang kita hasad tersebut.
Artinya, selama kita hanya sekedar iri, tanpa mengganggu orang lain,
maka iri hati seperti ini disebut sebagai iri hati yang positif. Kenapa
demikian ? Karena sudah menjadi perkara fitrah, manusia hasad kepada
orang yang lebih berkecukupan dari dia. Dan selama itu tak mendorong ia
untuk melakukan kejahatan pada orang yang ia hasadi tentu ini adalah hal
yang positif. Apalagi hal yang ia hasadi berupa masalah ukhrawi. Yang
kedua, iri hati yang negatif. Iri hati ini merupakan akhlak tercela yang
harus dihindari. Karena hasad ini membuat seseorang menjadi gelap mata
dan akan melakukan apa saja agar orang yang ia hasadi tidak memiliki
lagi apa yang telah diberikan Allah kepadanya dan ia (orang yang hasad)
saja yang bisa memiliki karunia tersebut. Untuk menegaskan betapa tiada
bergunanya iri hati (yang negatif tentunya), akan dibawakan dua buah
kisah yang menarik untuk disimak.
- Kisah ini terjadi pada masa
khalifah Mu'tashim, salah satu khalifah dinasti Abbasiyah. Dikisahkan,
Mu'tashim berteman dekat dengan seorang Baduy. Saking dekatnya, si Baduy
tersebut dengan mudah keluar masuk istana tanpa takut terkena hukuman.
Melihat kedekatan Baduy dengan Mu'tashim, salah seorang menteri
Mu'tashim menjadi hasad. Pikirnya, ia yang merupakan menteri tak mampu
berteman dekat dengan khalifah. Sedangkan Baduy itu yang bukan
siapa-siapa leluasa berteman dengan khalifah. Maka, muncullah rasa hasad
di hatinya. Si menteripun menyiapkan rencana busuk yang akan membuat
khalifah menjauhi si Baduy tersebut. Si menteri, pada suatu hari,
mengajak makan-makan si Baduy. Tentu saja si Baduy langsung menyetujui.
Dalam acara makan-makan itu, si Baduy disuguhkan lauk yang banyak bawang
putihnya. Seperti yang kita tahu, bawang putih itu beraroma tak sedap.
Lalu dengan piciknya, si menteri mengatakan pada Baduy bahwa mulutnya
bau. Dan jika menghadap khalifah, engkau harus menutup mulutmu karena
khalifah tak suka bau mulutmu yang menyengat itu. Si Baduy hanya
mengangguk tanpa memiliki rasa curiga sedikitpun. Setelah makan-makan,
si menteri langsung menuju khalifah. Dia berkata pada khalifah bahwa si
Baduy, teman dekat khalifah itu sungguh tak tahu malu. Dia selalu
membicarakan keburukan khalifah kepada orang-orang. Yang lebih parahnya
lagi, dia berkata bahwa bau mulut khalifah sangat menyengat. Khalifah
marah bukan kepalang. Si Baduy itu pun disuruh menghadap khalifah.
Ternyata benar, si Baduy itu menutup mulutnya ketika menghadap khalifah.
'sunggub tak tahu malu' pikir khalifah dalam hati. 'si menteri itu
benar. Dia (si Baduy) sungguh tak menghormatiku' ucap khalifah dalam
hati. Maka, tanpa pikir panjang lagi, khalifah segera menulis surat
'penggallah kepala orang yang membawa surat ini'. Surat ini diberikan
kepada si Baduy tersebut dan akan dibawa kepada seseorang yang ternyata
adalah seorang algojo. Di tengah jalan, si Baduy tertemu si menteri.
Karena hasad, si menteri merampas surat itu dengan dalih, ia lah yang
lebih pantas membawakan surat khalifah. Si Baduy hanya mengangguk
setuju. Lebih-lebih si menteri itu menggantikan surat (kematian) itu
dengan dua puluh ribu dinar. Siapa yang tak mau. Hasilnya, menteri itu
mati dibawah pedang algojo. Isu segera tersebar. Khalifah membunuh
menterinya sendiri! Khalifah bingung setengah mati. Bagaimana mungkin
menterinya yang mati, sedangkan yang hendak ia bunuh adalah si Baduy ?
Maka si Baduy dipanggil khalifah. Ia kemudian menceritakan semuanya.
Bahwa menutup mulut di depan khalifah adalah skenario si menteri.
Setelah mendengar pengakuan si Baduy, khalifah lantas berkata "semoga Allah mengancurkan sikap hasad. Dan orangnya lah yang pertama-tama Allah hancurkan."
- Kisah
ini terjadi kepada imam kesepuluh, imam Ali al-hadi as yang hidup
semasa dengan Mutawakkil. Alkisah, Mutawakkil terkenal bisul yang ganas.
Para tabib dinasti Abbasiyah tak mampu menyembuhkan bisul tersebut.
Maka, ibu Mutawakkil yang masih memiliki sedikit cinta terhadap
Ahlulbayt, memberikan surat kepada imam Hadi as untuk mendapatkan obat
bagi anaknya. Imam lantas memberi resep, 'campur minyak dan sari mawar
kemudian oleskan pada bisul tersebut'. Para tabib menertawakan resep
Imam. Sebuah resep yang tak pernah mereka pelajari. Karena para tabib
tak ada yang mau menjalankan resep imam, maka ibunya Mutawakkil sendiri
yang menjalankan resep tersebut. Dan ternyata, hasilnya sangat
mengagumkan. Bisul itu segera sembuh. Tentu saja, Mutawakkil senang
sekali. Sebagai rasa terima kasihnya kepada Imam, Mutawakkil
menghadiahkan 10.000 dinar kepada imam. Hal ini membuat orang-orang
dekat Mutawakkil menjadi hasad dengan Imam. Mereka menyebar rumor yang
berkata bahwa uang pemberian khalifah itu dipakai Imam untuk membeli
senjata demi revolusi penggulingan kekuasaan khalifah. Mendengar rumor
ini, khalifah lantas mengutus salah satu menterinya yang bernama Said.
Dia ditugaskan untuk menggeledah rumah Imam pada malam hari dan tanpa
diketahui orang-orang. Sesampainya di rumah Imam, Said yang berada di
atap rumah imam kebingungan, dari mana ia harus memulai penggeladahan.
Ditengah kebingungannya, Imam menghampirinya dan berkata, "wahai Said, turunlah dan selidikilah rumahku semaumu."
Said tentu heran, bagaimana Imam bisa tahu, sedangkan ia melakukan ini
secara diam-diam. Said pun segera turun dari atap rumah Imam. Imam
kemudian memberikan obor kepadanya. Setelah menggeledah seluruh rumah
Imam, Said tak menemukan senjata apapun, seperti yang dirumorkan. Ketika
menemui imam, dia melihat sebilah pedang dan pundi-pundi uang yang
diberikan khalifah berada di samping Imam. Imam lantas menjelaskan bahwa
pedang dan pundi-pundi uang itu adalah barang-barang kerajaan. Dan imam
tak pernah menyentuhnya sedikitpun. Said pun pulang dan segera
melaporkan hasil penggeledahannya kepada Mutawakkil. Mutawakkil pun
menyuruh membunuh orang-orang yang hasad. Sedangkan, sebagai permohonan
maaf, Mutawakkil kembali memberikan sejumlah uang kepada imam.
Subhanallah, kisah ini sangat serasi dengan syair yang berbunyi, "Allah akan menyebarkan kemuliaan seseorang melalui lidah orang yang hasud."
- permisalan
yang tepat untuk orang yang di-hasad-i adalah dupa. Dupa tak akan
menyebarkan bau harumnya jika tak dibakar. Dan hasad diibaratkan sebagai
api yang membakar dupa. Semakin dupa dibakar (semakin orang yang
di-hasad-i dibakar oleh api hasad) semakin harum dupa tersebut (semakin
mulia orang yang di-hasad-i tersebut).
Jepara, Minggu malam, 12-06-11
Farazdaq Khaza’i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar