Santri Ponpes Darut Taqrib Bersama Ayatullah Mujtaba Bahesty (Tengah) |
*. Seorang Muslim tidak
seyogianya hanya melaksanakan amalan-amalan wajib dan meninggalkan
amalan-amalan mustahab (sunnah). Menurut para ulama, meninggalkan amalan
mustahab merupakan peremehan terhadap hukum Allah. Ini bisa menyebabkan
datangnya azab Allah.
*. Amalan-amalan mustahab sangat
banyak. Tidak terikat pada salat dan puasa saja.
*. Para Fuqaha’ membuat kaidah yang bertumpu pada hadits Imam Shodiq as, "sesiapa yang mengamalkan sunnah Rasul, maka ia akan mendapatkan pahala amalan
tersebut. Meski Rasul tak melakukannya." Contoh : apabila Anda membaca sebuah
buku yang mengatakan bahwa Rasul saww sering berpuasa pada hari minggu (hanya
contoh), kemudian Anda berpuasa pada hari minggu, maka Anda akan tetap
mendapatkan pahala dari puasa Anda tersebut, meski ternyata Rasulullah tak
pernah berpuasa pada hari minggu. Kaidah ini menekankan bahwa amalan mustahab
sangat bermanfaat bagi kita.
*. Hadits qudsi menjelaskan
bahwa, ketika seorang hamba mendekatkan diri
kepada Allah dengan nawafil (salat-salat
sunnah), maka Allah akan menjadi matanya, tangannya, kakinya dst. Artinya,
Allah swt akan memberikan wilayah
takwiniah kepada orang tersebut.
*. Fadhilah lain dari nawafil adalah salat nawafil akan menambal
kekurangan-kekurangan dari salat wajib kita.
*. Fadhilah salat wutairoh (salat
dua rakaat yang dilakukan dalam keadaan duduk selepas salat ‘isya) adalah Imam
Shodiq as berkata, ‘bagi yang mengerjakan salat wutairoh, maka Allah akan
mengutus 2 malaikat yang mewakili salat malamnya.’
*. 1 rakaat malaikat = 1.000
rakaat manusia. Salat malam berjumlah 11 rakaat x 2 (jumlah malaikat) = 22
rakaat (malaikat) = 22.000 rakaat (manusia).
*. Fadhilah lain, bisa
mempermudah urusan kita. Ayatullah Mujtaba Bahesty mengisahkan, ketika
bepergian beliau bertemu dengan anak perempuan yang mengadukan pada beliau bahwa ayah dan
ibunya selalu bertengkar sehingga
suasana rumah menjadi tidak nyaman. Ayatullah Bahesty lantas memberikan solusi,
bahwa anak perempuan itu harus mengamalkan salat wutairoh. Tahun berikutnya, anak wanita itu kembali bertemu
Ayatullah Bahesty dan mengatakan bahwa suasana rumahnya sudah nyaman lagi
berkat salat wutairoh.
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wa shallallahu ‘ala sayyidina
Muhammadin wa ‘ala alihi at-thoyyibiina at-thohiriin.
Farazdaq Khaza’i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar